Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

By the Lakeside

Semua orang bilang, hidup saya baik-baik saja. Mereka nggak tahu bahwa belakangan ini saya merasa sebagian besar hidup saya tersia-sia. Saya nggak depresi, tapi saya rasa saya sedang mengalami apa yang orang sebut sebagai quarter-life crisis, yang didefinisikan oleh Wikipedia sebagai: A period of life usually ranging from the late teens to the early thirties, in which a person begins to feel doubtful about their own lives, brought on by the stress of becoming an adult. Sudah beberapa minggu ini saya merasa saya seorang underachiever, belum meraih apa-apa dalam hidup saya. I know, I know, you're gonna yell jadi-udah-nerbitin-lima-belas-buku-itu-menurut-lo-bukan-pencapaian-? at me, seperti yang dilakukan beberapa teman dekat saya. Frankly speaking, itulah yang saya rasakan. Bukannya nggak bersyukur, tapi mungkin karena sudah cukup sering, melihat buku saya diterbitkan nggak lagi menjadi hal yang istimewa buat saya. Saya merasa itu sesuatu yang biasa-biasa saja. Saya juga m

Where It All Began

Saya dapat banyak BANGET pertanyaan tentang gimana awal mula saya menulis dan menerbitkan buku. Karena saya nyaris nggak sempat untuk balas semua pertanyaan itu, muncullah ide yang nggak gitu jenius ini dalam benak saya: tulis saja di blog! Sekalian comeback-nya blog saya, yang baru kemarin saya bersihin dari pernak-pernik nggak penting dan saya balikin ke template standar, supaya lebih gampang dibaca ;) So, here we go! Dari kecil, saya suka baca. Setiap kali ultah dan ditanya sama tante dan om saya pengen kado apa, pasti tanpa ragu saya akan menjawab: buku! Segala jenis buku saya telan; mulai dari Doraemon (ada om saya yang rajin banget beliin saya Doraemon, nggak pernah lewat satu nomor pun!), cerita rakyat dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan segala daerah di Indonesia, sampai novel Mira W (yang seharusnya belum boleh saya baca sebagai anak SD, tapi saya pinjam dari perpus sekolah, hahaha). Tanpa saya sadari, hobi membaca itu bikin saya jadi pintar menyusun kata-kata di kepala, kar

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Pindahan #1: Packing

Hola! Saya akhirnya memutuskan untuk menulis blog post series tentang pindahan ini, karena setelah dipikir-pikir kok banyak banget inspirasi yang saya dapat selama siap-siap mau pindah, proses pindahannya, dan, sepertinya, setelah saya pindah nanti. Jadi gini, sejak pindah ke Singapore, saya tinggal di satu unit HDB alias rumah susun. Cuma kayaknya rumah saya ini lebih pantas disebut shop house atau ruko, soalnya cuma dua lantai dan lantai bawah disewa oleh KFC ( makanya nggak kurus-kurus ). 10 Juni 2014 kemarin genap 3 tahun saya pindah ke Singapore, yang berarti sejak saya tinggal di rumah ini. Dan setelah 3 tahun, saya dan roommate saya, Jovi, memutuskan untuk pindah. Selain karena kontrak rumah sudah habis, juga karena 1 housemate kami mau back for good dan 2 lainnya bakal pindah ke rumah cicinya. Bakal berat bagi kami untuk melanjutkan kontrak rumah, karena kami mengontrak 1 unit, yang berarti kalau ada kamar kosong ya kudu kami yang nanggung. Nggak kuat, bok. Kapan nabung b

The Book

Okay, quick question! Berapa banyak dari kita yang suka seenak udelnya memakai ayat Alkitab dan mencocok-cocokkannya dengan situasi kita? Contoh: lagi naksir cowok atau cewek, dan mendadak ayat favoritnya Mazmur 37:4 alias “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” *yakale* Hati-hati, Tuhan bisa jadi akan menegur kita seperti Ia menegur Iblis yang berusaha mencobai-Nya dalam Matius 4:7! Jesus answered him, “It is also written: ‘Do not put the Lord your God to the test.’ ” Kalau di gue ya, ini ibaratnya ada orang ngutip buku gue seenaknya buat adu argumen sama gue. Udah gitu, ngutipnya salah, pula! Tengsin berat lah lo! Hehehe. Anyway, perlu diingat bahwa Alkitab itu… Memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16) Mengajar . Membuat kita yang awalnya tidak tahu, menjadi tahu. Dari apa yang tadinya kita lakukan