Skip to main content

Posts

Prologue and Epilogue

Hari ini dapat official news bahwa salah satu tempat menulis favorit saya, Epilogue (kafe yang berada di dalam toko buku Prologue di ION Orchard), bakal tutup per 25 Agustus nanti. Sebenarnya bukan berita baru sih, karena saya sudah dapat gosipnya sejak sekitar tiga minggu lalu, cuma waktu itu masih belum fix aja gitu. But now, it’s official. :( Oke, mungkin cerita dari awal kali ya… saya pertama kali tahu Epilogue – sebelumnya sudah pernah ke Prologue, tapi nggak pernah tahu bahwa di dalamnya ada kafe sekece Epilogue – dari teman saya, Vincent. We were with our friends at Orchard during one Sunday afternoon, looking for a cozy place to sit and have a chit-chat, but too bad almost all cafes were full house. Terus Vincent bilang dia tahu ada satu kafe di dalam toko buku Prologue, yang nggak banyak orang tahu, dan karena itu seringkali sepi.  So, we went there.  Pertama kali masuk Epilogue, saya terkesima. Wangi kopi dari mesin espresso, denting cangkir, sendok, dan piring,

Breakfast with God

Ini nama salah satu sesi di CIA Camp 2013 – Restoration kemarin, and I was in charge for this session.    Memimpin sesi yang diadakan di Minggu pagi itu sebenarnya “errrr” banget! Apalagi, sesudah superb praise and worship nite malam harinya (ada dance floor segala!), yang dilanjut dengan jamming dan ngakak sampai tengah malam, pagi itu saya bangun dengan tenggorokan sakit – akibat kebanyakan nyanyi dan ketawa – plus mata berkantong karena kurang tidur. But, the session goes on, and this is what I shared.    What daily devotion book do you use everyday? Me myself, have been using Our Daily Bread these two years. Here’s the thing I think is interesting: Why did they name the book “Our Daily Bread”? Why not “Our Daily Macaroons”, “Our Daily Cupcakes”, or “Our Daily Crème Brulee”? Some of my cellgroup peeps answered, “Soalnya zaman dulu belum ada kue-kue itu, Ci”, and the others said, “Sakit perut makan kue-kue gitu tiap hari”. LOL!   But, the true answer is this:   Be

Wake Up Call

Beberapa hari yang lalu, saya baru tidur jam 5 pagi karena apply-apply kerja via Internet. Sebagai orang yang baru tidur jam segitu, saya berharap bisa bangun (at least) jam 12 siang, yang mana sebenarnya sah-sah saja karena saya toh nggak ada kerjaan, hehe. Tapi rencana saya beauty sleep, eh… tidur dengan pantas dan layak, berantakan karena jam 10 kurang, teman saya telepon. Rrrgghh… mengintip nama di layar HP dengan mata yang baru bisa membuka segaris, saya menjawab teleponnya sambil ngomel dalam hati. Tentu saja, dengan phone manner yang pantas: suara bantal. “Nyam, hoahm, ckkdkcdkcdk… Halo?” “Baru bangun ya kamu?” “Hei, aku baru tidur jam lima pagi tadi, tau?” Dan teman saya bukannya memaklumi terus bilang oo-gitu-ya-udah-ntar-deh-ngobrol-lagi, eeh malah merepet soal camp (we’re gonna have a youth camp this weekend) dan ngoceh-ngoceh nyuruh saya cari kerja. I was like… ngomong deh, ngomong aja, aku nggak yakin saat benar-benar bangun nanti aku akan ingat kamu ngomo

You're My #1

Hayooo ngaku, sebagian dari kita, jika disuruh mengucapkan bunyi 10 Hukum Taurat a.k.a 10 Perintah Allah, selalu mulai dengan “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”, bener nggak? Padahal, ada “kata-kata pendahuluan” yang diucapkan Tuhan Allah sebelum memberikan 10 Hukum Taurat itu. Yuk, kita cek dulu Keluaran 20: 2 0:1 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Kita sering melupakan apa yang diucapkan Tuhan di ayat 2, "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.” Ngapain sih Tuhan pakai harus menjelaskan siapa diri-Nya segala? Bangsa Israel harusnya sudah tahu dong Tuhan itu siapa? Yes, they knew, but God had few reasons why He should “introduce” Himself again before the Israelites. Dia harus memberi alasan, mengapa Ia berhak memberikan 10 Hukum Taurat pada bangsa Isra

Because of You

Kayaknya ini jangka waktu terlama saya nggak update blog, hehe. Enam bulan, bow! Padahal kemarin lagi nganggur-nganggurnya, kuliah udah beres, tinggal nyari kerjaan, tapi ya itu.. selalu menunda untuk menulis -.- Anyway, tahun ini sub tema gereja saya di sini adalah “go out” alias pergi menjangkau orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Bukan sekedar menambah kuantitas jemaat, tapi yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas jemaatnya. Ini membuat saya teringat apa yang disampaikan teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer: And I once read somewhere, that the true meaning of Christianity is discipleship. Begitu pentingnya pemuridan atau pengabaran Injil ini, sehingga saat Yesus datang untuk kedua kalinya nanti, Ia nggak akan bertanya berapa banyak perusahaan yang kita miliki, seberapa besar rumah yang sudah kita bangun, atau jumlah mobil mewah yang kita koleksi. Ia hanya akan bertanya, “Adakah Kudapati iman di bumi?” (Lukas 18:8) Seberapa banyak orang yang telah kamu perkenalkan

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N