Skip to main content

Kuteks Buron

Sejak pulang dari Bandung dua minggu lalu, saya nafsu nyariin kuteks Revlon yang kodenya Slate 128. Gara-gara saya mupeng banget saat iseng nyobain kuteks ini, yang adalah milik Sandra, temen saya di Bandung.
Warnanya sebenernya biasa aja, tapi entah kenapa kalau dipakai di kuku, jadi bagus banget! Jari-jari tangan dan kaki jadi kelihatan lebih putih gitu kalau pakai kuteks ini, serius deh! Dan warnanya sama sekali nggak norak atau ngejreng. Looks expensive banget lah, padahal harganya cuma 27.000 sebotol.
Nah, di Surabaya saya nyari kuteks itu bak mengejar buronan. Hehe, lebai

Yah, intinya saya nyariin kuteks itu banget lah. Tapi bahkan setelah mengobok counter Revlon di Sogo Galaxi Mal, Galeri Keris Galaxi Mal, Matahari Tunjungan Plaza, Matahari Royal Plaza, sampai Bilka Swalayan, kuteks itu nggak ketemu! SPG di semua counter itu bilang kalau Slate 128 lagi kosong!
Tapi Sabtu kemarin saya berhasil menemukannya! HAHAHA! Ternyata ada di counter Revlon Sogo Tunjungan Plaza! Maknyuuuss!
Langsung saya pakai, dan ohhhh ternyata memang bagus warnanya

Comments

Aku beli juga ni steph. gara2 liat di majalah kawanku hahaha....
Stephanie Zen said…
hahaha.. emang bagus kan jeng warnanya? :p

Popular posts from this blog

Djarum Indonesia Open Super Series 2008

Aaaahhh senangnyaaaaaa! Kemarin pas pulang, lihat papan reklame di pertigaan dekat kantor sudah diganti, dengan iklan Djarum Indonesia Open Super Series 2008! Yang bikin senang, di situ ada tulisan: SAKSIKAN HANYA DI TRANS7 ! Bakal ditayangin di tipi! Hahahahaha senangnyaaaa! Padahal, kemarin-kemarin saya sempat pesimis, karena Juni ini kan juga ada Euro 2008, dan takutnya nggak ada stasiun TV yang mau ambil resiko untuk menayangkan Djarum Indonesia Open Super Series karena gaungnya pasti kalah dari Euro. Tapi ternyata Trans7 baik hati sekaliii! YESSSS ! Oya, bagi yang nggak tau, Djarum Indonesia Open Super Series 2008, atau lebih populer dengan Indonesia Open, adalah turnamen bulutangkis yang bakal diadakan di Gelora Bung Karno mulai 17-22 Juni 2008. Super Series sendiri diadakan 12 kali dalam setahun, di negara-negara seluruh dunia, mulai dari Malaysia, Korea, Inggris *a.k.a All England*, Swiss, Singapura, Indonesia, Jepang, China *pasteenyaa! Dua kali, malah!*, Denmark, Prancis...

Rekor!

Hihi… Sabtu kemarin saya bikin rekor ! Bukaaan, bukan rekor beli sepatu lima pasang dalam sehari *segila-gilanya saya, kayaknya nggak mungkin segila itu deh *, tapi rekor dalam mengetik ! Jadi, setelah target untuk menyelesaikan sekuel Dylan selama liburan kemarin gagal *baca ceritanya di sini *, saya nekat menggarap hingga selesai hari Sabtu kemarin! And I did it! Total, saya mengetik 30 halaman dalam semalam! Non-stop ! Bahkan nggak jalan-jalan ke ruang makan untuk ambil camilan, nggak diselingi main The Sims , nggak sambil usil ngedit foto di potosop... Pokoknya ngetik terus sampai jam tiga pagi ! Dan kata-kata yang kuketik itu seolah sudah terprogram di otak, hanya tinggal ditumpahkan lewat kibor laptop saja! Bener-bener rekor deh... 30 halaman ! Gilaaa... begitu selesai , tangan langsung kaku! Capek banget! But the satisfaction ... I could not describe it. Puas bangeeeettt ! Yah, apalagi ini naskah yang memang sudah saya harapkan bisa secepatnya dikirim ke penerbi...

One Last Chance

With a grateful heart, I proudly present you my 11th book: Adrienne Hanjaya, novelis muda berbakat yang buku-bukunya selalu bestseller, mempunyai satu prinsip: Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalti. Setiap kisah cintanya yang berantakan selalu dituangkan Adrienne dalam naskah. Semuanya. Dengan nama tokoh pria yang sering kali menggunakan nama sebenarnya, dengan ending buruk bagi si tokoh pria dan kebahagiaan bagi si tokoh wanita. Adrienne berpendapat, para pria itu layak mendapatkannya karena telah menyia-nyiakan cintanya. Sampai akhirnya, Adrienne bertemu Danny Husein, calon dokter muda yang bahkan sempat dikiranya too good to be true . Kali ini Adrienne mengira akhirnya ia bisa menulis novel roman yang berakhir dengan tokoh pria dan wanita bahagia bersama. Tapi perkiraan Adrienne salah. Salah satu cowok yang pernah dijadikan tokoh novelnya memberitahu Danny tentang prinsip menulis Adrienne. Bagaimana reaksi Danny mendengar itu? Apakah ia memilih meninggalka...