Skip to main content

Facing the Giants

Grant Taylor adalah pelatih tim futbol Shiloh Eagles di Shiloh Christian Academy. Selama ditanganinya, prestasi tim itu terus menurun, hingga salah satu bintang andalannya memutuskan untuk hijrah ke sekolah lain, karena tak melihat harapan untuk menang jika tetap di tim sekolah tersebut.
Beberapa orang tua atlet tim tersebut mengusulkan agar Grant Taylor dipecat, karena dia terbukti tak bisa membawa kemenangan bagi tim, bahkan setelah enam tahun menanganinya. Tanpa mereka ketahui, Grant tak sengaja mendengar diskusi mereka itu. Dia sangat sedih dan kecewa.
Di luar itu, penghasilan Grant juga sangat rendah, hingga ia tak mampu membeli mobil baru untuk mengganti mobilnya yang sering mogok. Dan ia baru mengetahui bahwa ia ternyata mandul, sementara istrinya sangat menginginkan anak.
Tapi Grant tahu, dia masih punya tempat untuk bersandar: TUHAN. Ia berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Kalau memang Tuhan menghendaki dia untuk tidak punya anak, dia akan menerima itu. Kalau Tuhan memang menghendaki dia untuk dipecat dan mencari pekerjaan baru, ia akan menerimanya. Tapi dia minta, jika Tuhan masih ingin dia menjadi pelatih futbol di Shiloh, agar dia mendapatkan petunjuk.
Dan datanglah Mr. Bridges, pria tua yang selalu berdoa di lorong-lorong sekolah, memberitahukan pada Grant, ”Tuhan memintaku menyampaikan ini padamu, bahwa Ia belum selesai denganmu. Ia ingin kau tetap di sini, melatih tim ini. Ia akan membuka pintu yang tak seorangpun bisa menutupnya.”
Grant takjub, tapi ia memutuskan untuk mempercayai apa yang disampaikan Mr. Bridges. Ia merubah filosofi tim yang diasuhnya, dari hanya mencari kemenangan, menjadi tim yang bermain dan memberikan apapun yang mereka peroleh untuk kemuliaan Tuhan. Atlet-atletnya, yang semula meremehkannya, perlahan berubah menjadi patuh dan lebih serius berlatih.
Keajaiban terjadi. Shiloh Eagles, yang tadinya tak pernah menang, terus menerus meraih kemenangan. Hingga mereka mampu maju ke kejuaraan daerah!
Tapi mampukah keajaiban itu terus berlajut, jika yang akan mereka hadapi di kejuaraan daerah adalah tim pemegang gelar juara tiga tahun berturut-turut yang tak terkalahkan: The Richland Giants?

Huwaaaaaaa... the best movie EVER!
Film ini menggeser Armageddon dari film favorit saya sepanjang masa! Saya nangiiiiissss terus pas nonton film ini! Apalagi waktu Matt Davis, si atlet Shiloh yang bengal, bertobat! Asli MENGHARUKAN BANGET! Dan nilai moralnya… DAHSYAT!

Highly recommended!

Bakal menyesal seumur hidup kalau nggak nonton film ini! Dan iman saya juga makin dikuatkan setelah nonton film ini.
With GOD, all things are possible!

Comments

rina said…
Steph, kemana aja???
Kangen nihhh, posting cerita lagi dong. Kamu sibuk ya?
Stephanie Zen said…
ajeng: iya mengharukan banget lhoo >_<

ci rina: hehe iya ci.. seminggu kemarin bosku liburan, so i have looottsss work to do, ga sempat ngedit2 blog huhu.. minggu ini deh nulis lagi :D

Popular posts from this blog

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566