Skip to main content

Weekend, Harry Potter, dan Sepatu

Weekend ini saya jalan-jalan mulu.
Hari Sabtu, pergi sama anak-anak ex TAFE ke Galaxy Mal.
Peserta? Saya, Licu, Meli, Joph, Rendy + Raymon yang fresh from Beijing plus Yudhi + Siska. Oya, ditambah Donny juga. Dan minus Fanie *awas kamu, Fan, diajak reunian kok malah ngacir ke Trawas! *
Rencana? Mau nonton Harry Potter and the Order of the Phoenix. Tapi jadinya malah ke Disc Tarra *percaya nggak, baru kali ini aku beli album terbaru band ini dua bulan setelah albumnya rilis, dulu-dulu sih aku jadi orang pertama di Surabaya yang punya album mereka *, nongkrong di Starbucks *mengingatkanku pada Signature Hot Chocolate-ku yang bukan hanya panas, tapi juga MENDIDIH*, makan-makan di Bentoya *lain kali bilang kek Yud kalau mau nraktir, biar aku mesen yang banyak dan mahal *, beli kado buat Yudhi di The Executive, nonton bioskop, beli Harry Potter and the Deathly Hallows edisi Inggris di TGA *yang bikin Rendy marah-marah karena aku langsung baca endingnya dan koar-koar di depan dia *, makan lagi di Qua-Li, lalu pulang.
*mall memang membuat orang jadi nggak konsisten pada rencananya semula *
Apa lagi yaa... Oiya, membahas film yang saya tonton itu, Harry Potter and the Order of the Phoenix alias HarPot 5, ternyata bikin sediiiihh! Gimana enggak, menurutku film ini adalah film HarPot PALING MENGECEWAKAN yang pernah dibuat. Banyak BANGET adegan yang dipotong, dan walaupun di film-film sebelumnya berlaku ’kebijakan’ macam ini juga, toh di film-film sebelumnya aku nggak merasa ada yang ’hilang’... Di HarPot 5? Aduuuh, nontonnya nggak enak banget! Kerasa banget sambungan antar adegan yang nggak smooth. Huhu, penonton kecewaaaaa!
Ahhhh... jadi makin keseeeellll... Apalagi karena di film ini nggak ada Viktor Krum kayak di film ke-empat *lho?? *
Yah, sudahlah, hanya bisa berharap film berikutnya nggak terlalu banyak adegan yang dibuang dan sambungan antar adegannya bisa lebih bagus...
Terus, hari Minggu ini aku ikut Mama ke Supermal. Sementara Mama belanja Melilea, saya keluyuran di seluruh penjuru Supermal, dan ujung-ujungnyaaaa... beli sepatu! Haha! Kebangetan nih, padahal dari Bali kemaren udah beli dua sandal, lha kok ya sekarang beli sepatu lagi??
Tapi aku memang tak bisa menahan diri melihat dark brown-turqoise ankle strap ini...

Hehe, mungkin kalau Imelda Marcos adalah cewek Indonesia umur 19 tahun, saya bisa sobatan sama dia. We both shoes-addict, soalnya
Okeh, sekarang lupakan dulu soal HarPot, sepatu, dan Imelda Marcos, karena saya harus kembali bekerja! Fiuuhh... nggak pernah sebelumnya weekend bawa pulang kerjaan ke rumah, apalagi sampai segini banyak. Harus bikin rekap, perbandingan harga, penawaran untuk proyek RSUD, deuuu... capedeee...
Semoga semua tender proyek ini gol, amin! *Ntar biar komisinya bisa dipake buat beli sepatu lagi *

Comments

Anonymous said…
"bukan hidup gue klo ga ada sepatu", keukeuh steph. xp

Popular posts from this blog

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566