Dari kemarin mau posting ini tapi nggak sempat terus.
Tanggal 17 November kemarin saya diundang jadi pembicara talkshow dalam rangka Bulan Bahasa di almamaterku, Sekolah Ciputra. Tema talkshownya Menjadi Penulis? Mengapa Tidak!, dan saya melakukan satu kesalahan fatal di sana.
Tau nggak, waktu ditanya apakah saya menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama, saya bilang nggak, DAN saya menyarankan supaya menulis lebih digunakan untuk menyalurkan hobi saja, bukan pekerjaan utama. Karena, meskipun di Indonesia menulis sudah bisa dijadikan mata pencaharian (asalkan produktif), tapi saya tetap menganggap menulis seharusnya hanya dijadikan pekerjaan sampingan saja.
See? Goblok banget nggak sih, saya malah secara nggak langsung MENENTANG tema talkshow itu! Aduh! Pembicara yang bego bangeeett!
Saya baru nyadar waktu acaranya mau selesai, dan salah satu guru *Pak Makali*, menutup acara dengan bilang, “Baiklah, mari kita menjadikan menulis bukan sebagai mata pencaharian, tapi sebagai wadah untuk menyalurkan hobi!”
Baru saya menoleh ke poster acara talkshow yang digantung di belakang saya, dan menelan ludah melihat tema yang tertulis di sana.
Oh my God, what I’ve done???
Tapi, ya sudahlah... Karena kalau ingin tahu pandangan saya mengenai menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama, memang seperti itulah pandangan saya.
Di luar kebodohan saya itu, saya senang banget bisa main ke Sekolah Ciputra lagi. Sudah empat tahun lebih nggak menjejakkan kaki di sana, dan ternyata sudah lumayan banyak juga yang berubah. Guru-guru favorit saya, seperti Mr. Wayne, Mr. Richard, Mrs. Carmel, Lao Shi Elly, sudah nggak mengajar lagi di Ciputra. Hiks, padahal kepingin ketemu mereka... Tapi tetap senang bisa ketemu guru-guru lainnya juga, terutama Bu Meta, yang bisa dibilang paling banyak mengajarkan dasar-dasar menulis pada saya dulu
Nah, sambung ke cerita lainnya. Hari Minggu sebelum acara talkshow itu, saya keriting rambut lagi. Bukaaaann, keritingnya bukan demi talkshow, tapi saya emang udah rencana mau keriting lagi, dan kebetulan aja Seninnya ada talkshow.
Saya ngabisin 5 jam di salon, plus 1/3 dari gaji saya gara-gara keriting digital wave itu, but it was worth! Digital wave ternyata hasilnya jauuuh lebih bagus dari keriting biasa! Biarpun sisa bulan ini harus saya habiskan dengan terseok-seok gara-gara keriting dan bokek beli segala shampoo, conditioner, dan hair mask demi perawatan rambut, tapi it’s okay lah, soalnya rambut saya udah lama diabaikan dan ditelantarkan, saatnya dia dirawat lagi
Loncat ke cerita lainnya. Semalem saya iseng baca diary jaman SMA, dan guess what... saya ngakak sendirian di tengah malam gara-gara baca diary itu! Di sana saya nulis kalau saya naksir si A, ditaksir si B, digosipin pacaran sama si C, hahaha! Udah lupa semuanya sekarang, tapi pas baca diary itu jadi diingatkan lagi kalau ternyata semua itu pernah saya alamin ya?
Kepengen balik jadi anak SMA lagi...
PS: untuk foto saya, harap dilihat rambutnya saja, jangan dilihat mukanya, karena itu muka kucel kombinasi kecapekan seharian di salon, belum mandi, dan lagi ngantuk berat, hehehe.
Tanggal 17 November kemarin saya diundang jadi pembicara talkshow dalam rangka Bulan Bahasa di almamaterku, Sekolah Ciputra. Tema talkshownya Menjadi Penulis? Mengapa Tidak!, dan saya melakukan satu kesalahan fatal di sana.
Tau nggak, waktu ditanya apakah saya menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama, saya bilang nggak, DAN saya menyarankan supaya menulis lebih digunakan untuk menyalurkan hobi saja, bukan pekerjaan utama. Karena, meskipun di Indonesia menulis sudah bisa dijadikan mata pencaharian (asalkan produktif), tapi saya tetap menganggap menulis seharusnya hanya dijadikan pekerjaan sampingan saja.
See? Goblok banget nggak sih, saya malah secara nggak langsung MENENTANG tema talkshow itu! Aduh! Pembicara yang bego bangeeett!
Saya baru nyadar waktu acaranya mau selesai, dan salah satu guru *Pak Makali*, menutup acara dengan bilang, “Baiklah, mari kita menjadikan menulis bukan sebagai mata pencaharian, tapi sebagai wadah untuk menyalurkan hobi!”
Baru saya menoleh ke poster acara talkshow yang digantung di belakang saya, dan menelan ludah melihat tema yang tertulis di sana.
Oh my God, what I’ve done???
Tapi, ya sudahlah... Karena kalau ingin tahu pandangan saya mengenai menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama, memang seperti itulah pandangan saya.
Di luar kebodohan saya itu, saya senang banget bisa main ke Sekolah Ciputra lagi. Sudah empat tahun lebih nggak menjejakkan kaki di sana, dan ternyata sudah lumayan banyak juga yang berubah. Guru-guru favorit saya, seperti Mr. Wayne, Mr. Richard, Mrs. Carmel, Lao Shi Elly, sudah nggak mengajar lagi di Ciputra. Hiks, padahal kepingin ketemu mereka... Tapi tetap senang bisa ketemu guru-guru lainnya juga, terutama Bu Meta, yang bisa dibilang paling banyak mengajarkan dasar-dasar menulis pada saya dulu
Nah, sambung ke cerita lainnya. Hari Minggu sebelum acara talkshow itu, saya keriting rambut lagi. Bukaaaann, keritingnya bukan demi talkshow, tapi saya emang udah rencana mau keriting lagi, dan kebetulan aja Seninnya ada talkshow.
Saya ngabisin 5 jam di salon, plus 1/3 dari gaji saya gara-gara keriting digital wave itu, but it was worth! Digital wave ternyata hasilnya jauuuh lebih bagus dari keriting biasa! Biarpun sisa bulan ini harus saya habiskan dengan terseok-seok gara-gara keriting dan bokek beli segala shampoo, conditioner, dan hair mask demi perawatan rambut, tapi it’s okay lah, soalnya rambut saya udah lama diabaikan dan ditelantarkan, saatnya dia dirawat lagi
Loncat ke cerita lainnya. Semalem saya iseng baca diary jaman SMA, dan guess what... saya ngakak sendirian di tengah malam gara-gara baca diary itu! Di sana saya nulis kalau saya naksir si A, ditaksir si B, digosipin pacaran sama si C, hahaha! Udah lupa semuanya sekarang, tapi pas baca diary itu jadi diingatkan lagi kalau ternyata semua itu pernah saya alamin ya?
Kepengen balik jadi anak SMA lagi...
PS: untuk foto saya, harap dilihat rambutnya saja, jangan dilihat mukanya, karena itu muka kucel kombinasi kecapekan seharian di salon, belum mandi, dan lagi ngantuk berat, hehehe.
Comments
Tapi sekali lagi, nggak apa-apa deh. Itu kan honest opinion steph, kamu kan harus membuka view yang benar buat adik2 kelas kamu, ya kan?!
Terus, mau dong, lihat rambut barunya. Upload ya, fotonya Steph
ci rina: wakakak iya gpp kok ci, aku aja sampe sekarang masih pengen ngakak *sambil getokin palu ke kepala* saking merasa begonya hahaha.. tp emang bener sih, itu pendapatku yg sebenarnya ttg menjadikan menulis sbg pekerjaan utama, karena yah.. gimana yaa.. menulis itu kan tergantung mood. klo ngga mood, ngga nulis, ngga dapet royalti, ngga makan dong? hehe :p oya, foto dgn rambut barunya besok aku upload dr kantor, coz internet rumah speednya nggak memadai :D
bibi: sipp, ditunggu aja besok yaa :)
eniwe, dairy can remains us a lot yaaaa
iya, diary tuh bener2 berharga, bs untuk nostalgia sampai ngakak2 hahaha
cip..cip..cip..