Skip to main content

Tips Menulis

Sejak menerbitkan novel yang pertama, saya dapat banyaaaakkk sekali pertanyaan tentang bagaimana cara menulis yang baik, dan bagaimana caranya supaya naskah *ini istilah yang benar, BUKAN novel * yang kita tulis bisa diterbitkan.
Deuuu… capedee kalau harus reply comment di Friendster satu-satu, atau harus menulis ulang setiap reply e-mail, jadi *setelah ditunda berminggu-minggu*, saya memutuskan untuk posting di blog saja, jadi kalau ada yang nanya lagi, tinggal saya kasih link post ini aja
Nah, semoga yang di bawah ini bisa menjawab pertanyaan Anda semua yang berniat jadi penulis novel

1. Gimana sih supaya naskah kita bisa diterbitin?
Well, so easy to answer: bikinlah naskah dan kirimkan ke penerbit! Naskah yang kamu kirimkan, harus dalam bentuk print-out, dan kalau bisa dijilid, supaya memudahkan para editor untuk membacanya. Selain naskah, kirimkan juga biodata kamu, termasuk alamat lengkap dan nomor telepon, jadi biar gampang dihubungi seandainya naskah kamu diterbitkan
PS: banyak yang nanya, gila banget harus ngeprint naskah yang lebih dari 100 halaman? Yah, kalau kamu keberatan, kamu bisa kirim aja naskahnya lewat e-mail, atau cuma mengirimkan CD berisi file naskah ke penerbit, tapi JANGAN HARAP naskahmu diterima ya! Yang ada para editornya bilang, “Gila banget baca 100 halaman lebih di monitor komputer!” Haha!

2. Berapa lama sih nunggu kabar naskah kita? Sampai lumutan nih nunggunya!
Biasanya sih penerbit butuh waktu -/+ 3 bulan untuk menyeleksi naskah-naskah yang masuk, jadi kalau kamu baru nunggu dua minggu tapi udah merasa lumutan, saran saya: yang sabar aja yeee… belum karatan juga, kan?

3. Kalau mau bikin naskah, berapa halaman sih? Terus pakai font apa dan size-nya berapa? Spasinya juga berapa?
Hmm… sebenernya nggak ada format terntentu yang ditetapkan penerbit sih, tapi kalau saya biasanya pakai Times New Roman 12 pts, dengan spasi 1.5 lines di kertas A4. Jangan pakai font yang aneh-aneh, ntar susah bacanya Terus, kalau masih naskah pertama, aku sarankan antara 100-150 halaman deh tebalnya.

4. Terus, covernya gimana? Apa kita gambar sendiri?
Ya engga laaahhh…
Penerbit punya banyak banget ilustrator yang bisa membuat cover yang “layak jual”. Kalau naskah kita sudah pasti akan diterbitkan, kita tinggal mengajukan aja siapa nama ilustrator yang kita mau, dan ingin konsep cover yang seperti apa. Tapi, kalau kamu kepingin bikin cover sendiri, atau punya teman yang jago gambar, kamu bisa merundingkannya dengan pihak penerbit.

5. Nggak pede sama nama asli nih, boleh pakai nama samaran nggak untuk naskah?
Boleh
. Banyak pengarang yang memakai nama samaran kok *saya pakai nama asli lhooo * Tapi saat kamu mengirim naskah, kamu harus pakai nama dan biodata asli. Nanti kalau naskah itu sudah pasti akan diterbitkan, baru kamu bilang ke penerbit kalau kamu ingin pakai nama samaran.

6. Boleh nggak kalau kita punya satu naskah yang dikirim ke beberapa penerbit sekaligus?
Hmm… boleh aja, tapi nanti kalau naskahmu itu diterima oleh lebih dari satu penerbit, kamu harus memilih satu penerbit saja.

7. Kalau mau mengirim ke penerbit, kirimnya ke mana?
Nih, saya kasih alamat beberapa penerbit yaa:

Gramedia Pustaka Utama
Gedung Gramedia Lt. 2 & 3
Jl. Palmerah Barat 33-37
Jakarta 10270

Penerbit Puspa Swara
Wisma Hijau, Jl. Mekarsari Raya No. 15
Cimanggis – Depok 16952

Penerbit Gagas Media
Pesona Depok II Estate Blok AR No. 9
Depok 16411

Atau kalau kamu mau kirim ke penerbit lain, kamu bisa lihat alamatnya di cover belakang buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Pasti ada kok

Dan, ini tips-tips menulis yang baik dari saya *berasa jadi J. K. Rowling, haha!*:

1. Kalau ingin menulis satu naskah, usahakan kamu sudah punya ide yang matang tentang naskah itu; bagaimana awalnya, bagian tengah ceritanya, dan endingnya. Lebih baik lagi kalau kamu membuat draft atau kerangka karangan. Ini akan memudahkanmu menulis bagian perbagian dari naskahmu, dan tentu saja meminimalkan kemungkinan stuck di tengah jalan

2. Banyak-banyaklah membaca, mendengarkan musik, dan nonton film. This works for me! Aku bisa terinspirasi menulis Anak Band dan Dylan, I Love You! karena banyak baca novel, dengerin lagu, dan nonton film. Nonton konser juga sih

3. Kepingin menulis berdasarkan pengalaman pribadi? Boleh aja, asal kamu siap ditanya-tanya Menulis dari pengalaman pribadi bisa membuatmu lebih mendalami cerita yang kamu tulis *secara nulisnya pakai perasaan, getuu…* Terus, bisa juga kamu menulis curhatan teman kamu *tentu saja dengan seijin dia!* Kapok Deh Jatuh Cinta! saya tulis berdasarkan curhatan teman saya

4. Cari tahu waktu menulismu yang paling produktif. Apa idemu paling banyak mengalir saat kamu menulis di kafe dengan suara orang-orang mengobrol di sekitarmu? Atau saat kamu sendirian di dalam kamar, dan lagi nyetel lagu favorit? Kalau saya, bisa nulis sampai 20 halaman saat subuh-subuh sendirian di kamar sambil dengerin lagu-lagunya DAUGHTRY dan minum Teh Kotak! Nggak nyambung banget yaa? Tapi ini beneran lhoo Sampai-sampai di kulkas rumah harus selalu ada Teh Kotak, hehe…

5. Naskah pertama yang kamu tulis belum selesai juga sampai sekarang, biarpun sudah berbulan-bulan? Kalau memang nggak tahu bagaimana lagi harus melanjutkannya, tinggalkan saja! Naskah saya yang pertama juga nggak selesai kok Tapi jangan keterusan untuk naskah-naskah berikutnya yaa… Yang ada malah nanti nggak satupun naskahmu yang selesai.

6. Jangan pernah lupakan notes kecil dan alat tulis kemanapun kamu pergi! Karena ide bisa datang kapan saja dan di mana saja, sementara daya ingat manusia terbatas. Kalau kamu nggak segera mencatat ide yang melintas, kamu nanti PASTI lupa! Bisa juga mencatat ide-ide di bagian Notes di HP kamu

7. Seperti kata Primadonna Angela: cari tahu kelebihanmu apa. Bidang apa yang paling kamu kuasai? Misalnya kamu kuliah di bidang kedokteran. Akan lebih alami bagimu menulis kisah mengenai seorang dokter dan bukannya seorang pengacara *inilah mengapa saya sering menulis tentang anak band, yah karena saya fans anak band, dan kenal banget sama dunia itu *

8. Naskahmu ditolak? Tenang aja! Ditolak oleh satu penerbit, belum tentu akan ditolak oleh penerbit lainnya. Karakteristik setiap penerbit kan berbeda, jadi kamu bisa mencoba mengirimkan naskahmu ke penerbit lain. Psstt… bocoran aja nih, naskah saya ada TUJUH yang ditolak! Anak Band dan Dylan, I Love You! bahkan harus revisi dulu sebelum diterbitkan

9. At last, semuanya kembali lagi padamu. Ingin jadi penulis? Mulailah dari sekarang, jangan tunda-tunda lagi!

Comments

Anonymous said…
di bookmark dlu postingannya :D
thx nih
Anonymous said…
klo saya sih, byk kepikiran crita di otak tp klo suruh nulis tuh rasanya malez *mank ga bakat jd penulis* ;p
Anonymous said…
well. bagus nih threadnya..
salam kenal ya? tukeran link ok? gue belum sempet baca buku lo. but it seems great. you're young and rocks! jarang2 ada penulis muda udah nerbitin 3 buku.. huahauhau.
Stephanie Zen said…
finkz: sipp!

sharleen: hehe ayoo coba nulis shar, kan nulis blognya udah gape ;)

uun: salam kenal juga! udah saya link kok. jangan lupa beli buku saya! *haha, teteuuupp xp*
Titish said…
Wahh, siipp...
Sangat berguna dan kalo ada nanya hal yg serupa ke saya...
Saya tinggal kasih link ini juga yaa, huikikiki...
Stephanie Zen said…
titish: hayoo... harus bayar royalti hak cipta lhoo! xp

Popular posts from this blog

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566