Skip to main content

Buku "Berat"

Nggak tau kenapa, belakangan saya mulai tertarik baca buku-buku “berat”. Mulai buku politik, buku bisnis, pokoknya jenis buku yang sebelum ini nggak pernah sekalipun saya sentuh atau lirik di toko buku.
Beberapa buku yang saya baca adalah Harus Bisa! – Seni Memimpin ala SBY karya Dr. Dino Patti Djalal, dan 100 Great Business Ideas karya Emily Ross dan Angus Holland. Sejauh ini, saya sama sekali nggak menyesal sudah baca kedua buku itu. Bersyukur, malah, karena saya jadi punya banyaaaak sekali wawasan baru dari kedua buku itu.
Sebelum ini, bacaan saya berkisar antara buku-buku TeenLit dan Metropop. Buku psikologi saya nggak suka. Chicken Soup cs juga saya nggak suka. Males aja gitu bacanya. Satu-satunya buku psikologi yang saya baca *dan suka* adalah Banyak Cowok Masuk Dalam Hidupku, Manakah yang Harus Kupilih? karya Michelle McKinney Hammond. Buku ini top banget, saya pernah mereviewnya di sini
Nah, saya jadi mikir: kenapa saya mendadak jadi suka buku-buku “berat”, ya?
Waktu melihat saya beli buku Harus Bisa! – Seni Memimpin ala SBY, Mama bilang, “Kamu kok beli buku itu? Buat bahan biar nggak kalah debat sama Papa, ya?”
FYI, Papa saya pendukung berat PDIP dan Megawati Soekarnoputri. Papa bahkan pernah jadi pengcab atau apalah itu namanya di PDIP. Beliau, seperti setiap orang PDIP lainnya, nggak suka sama Presiden SBY, sementara saya menganggap SBY adalah presiden terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Jadi, kalau saya dan Papa sudah ngomongin politik, ujung-ujungnya pasti berdebat, dan topiknya nggak jauh-jauh dari Mega vs SBY
Tapi nggak, saya nggak beli buku itu untuk bahan tambahan supaya menang debat lawan Papa *saya beli karena tertarik baca review teman saya, Ajeng, tentang buku ini* Walaupun setelah saya pikir-pikir memang ada gunanya sih, saya jadi punya argumen kalau Papa mengkritik kebijakan-kebijakan yang pernah diambil SBY, karena sekarang saya sudah tau semua alasan di balik diambilnya setiap kebijakan itu gara-gara baca bukunya, hehe.. *so, thanks, Ajeng. And beware, Papa *
Sementara buku-buku bisnis, yah… apalagi alasannya selain: dulu kan saya kuliahnya bisnis. Memang sudah seharusnya saya baca buku-buku tentang itu. Mencari ilmu yang mungkin belum saya dapat semasa di bangku kuliah dulu.
Overall, kesukaan baca buku-buku “berat” ini terjadi mungkin karena saya sudah semakin tua, ehh… dewasa, jadi otak saya pun butuh asupan gizi pengetahuan yang lebih dari sekedar buku-buku TeenLit dan Metropop

Comments

baru tau kak steph kuliahnya jurusan bisnis? *ngerjap-ngerjap* kirain anak sastra... :p

hmm.. makin gede emang seleranya jadi ganti, ya...

tapi apa nggak puyeng kak baca buku politik? bahasanya kan nggak berbelas kasih, bikin puyeng, bikin banyak mikir...
Stephanie Zen said…
haaa? sastra? hahaha ngga lah el, aku dulu bisnis kok :p
hmm buku politiknya juga aku liat2 dulu, kebetulan yang buku SBY itu bagus banget, kayak baca cerita gt lah, bahasanya juga ngga ribet, coba deh baca :)
Chacha said…
Bisa dicoba tuh.
Tapi nunggu umurnya bertambah dulu kali ya...
hehe
Stephanie Zen said…
hehe dicoba sekarang juga gpp kok cha, buku2 yang aku bilang itu bahasanya ringan kok, fun bacanya :)
yeah.. emang dengan bertambahnya umur *ih, kok kesannya tua amat* bacaan kita juga harus berkembang. Aku dulu pas SD bcny doraemon, 5 sekawan, dll. SMP ningkat jd Harry Potter n Agatha Christie, SMA mulai baca Chicken Soup, Metropop, dan buku2 yg agak serius, begitu kuliah jd berkembang baca Laskar Pelangi dkk, Dan Brown, dll. Biar "ga segitu-gitu aja" hihihi...
Tp kl buku2 berat gitu tuntutan mata kuliah *kecualibuku SBY itu* ky sekarang baca bukunya Sintong Pandjaitan itu karena disuruh dosen.
Siapa tau dengan pengembangan genre buku yang dibaca jad berkembang juga skill nulisnya. Kapan dong bikin buku Metropop steph?? hihii...
Tapi emg kebanyakan org yang aku suruh baca buku itu bilang ngga nyesel kok bacanya. Soalnya buku Harus Bisa itu ga berat-berat amat dan menyenangkan buat orang2 seumuran kita yg msh suka males mikir ini :D
Stephanie Zen said…
hehe iya ya jeng. ibaratnya dulu bayi makan bubur bayi, sekarang udah balita, harus belajar makan nasi *perumpamaan yang aneh :p*

bener kata kamu nih, biar wawasan makin luas & skill nulisku juga bertambah, amiiin. metropop ya.. aku lg nulis duet sih sm temenku, dan genrenya bukan teenlit, ttg cwe seumuran kita gini, jd mungkin blm masuk metropop jg kali ya? ditunggu aja yaa..

hehe iya tuh Dr. Dino Patti Djalal emang bagus bgt gaya penulisannya. kayak kita baca cerita aja. cocok bgt deh buat "pemanasan" kalo mau baca buku2 yang lebih berat :)

Popular posts from this blog

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566

One Last Chance

With a grateful heart, I proudly present you my 11th book: Adrienne Hanjaya, novelis muda berbakat yang buku-bukunya selalu bestseller, mempunyai satu prinsip: Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalti. Setiap kisah cintanya yang berantakan selalu dituangkan Adrienne dalam naskah. Semuanya. Dengan nama tokoh pria yang sering kali menggunakan nama sebenarnya, dengan ending buruk bagi si tokoh pria dan kebahagiaan bagi si tokoh wanita. Adrienne berpendapat, para pria itu layak mendapatkannya karena telah menyia-nyiakan cintanya. Sampai akhirnya, Adrienne bertemu Danny Husein, calon dokter muda yang bahkan sempat dikiranya too good to be true . Kali ini Adrienne mengira akhirnya ia bisa menulis novel roman yang berakhir dengan tokoh pria dan wanita bahagia bersama. Tapi perkiraan Adrienne salah. Salah satu cowok yang pernah dijadikan tokoh novelnya memberitahu Danny tentang prinsip menulis Adrienne. Bagaimana reaksi Danny mendengar itu? Apakah ia memilih meninggalka...

Available Now on Bookstores!

Harusnya dari Selasa kemarin posting, tapi ga sempat-sempat.. It's officially available on the bookstores now! Bisa dibeli di toko-toko buku terdekat ya! Mau beli secara online juga bisa di sini atau di sini . Ditunggu commentnya jika sudah baca. Tengkyu, everybody!