Saya
biasa ke kampus dengan naik bus 855 dari halte seberang rumah. Bus 855 ini
satu-satunya direct bus dari rumah ke kampus, dan sebaliknya. Naik bus lain
bisa sih, tapi at least harus dua kali ganti.
Nah, saya suka empet karena bus 855 mayoritas… butut. Nih, lihat aja fotonya…
Bukannya gimana, tapi saya kan paling sering naik bus ini, dan perjalanan rumah-kampus juga cukup lama (sekitar setengah jam), jadi saya sedikit berharap setidaknya ada bus yang lebih bagus lah yang bisa saya naikin tiga hari dalam seminggu (masing-masing dua kali tiga puluh menit), ke kampus dan sebaliknya.
Beberapa kali, karena senewen mendapati bus 855 yang selalu butut, saya mencoba naik bus lain ke kampus. Tentu saja, seperti yang sudah saya bilang di atas, 855 satu-satunya direct bus dari rumah ke kampus dan sebaliknya, dan kalau saya nekat naik bus lain, saya kudu ganti bus. Demi kenyamanan semu *ceile* naik bus yang rada bagusan, saya pun nekat berganti-ganti bus (plus MRT!) untuk mencapai kampus.
Ternyata, setelah beberapa kali mempraktekkan, saya justru mendapati bahwa nggak naik 855 justru membuat saya… lebih lama sampai di kampus! Kenapa? Karena kalau tadinya saya cuma menghabiskan waktu paling lama 15 menit untuk menunggu satu bus (rata-rata interval kedatangan bus di Singapore 15 menit), sekarang saya justru membuang lima belas menit ekstra untuk menunggu bus kedua! Selain lebih lama, karena jarak yang diambil lebih jauh, tentu saja… tarifnya lebih mahal. Memang nggak besar sih selisihnya, tapi tetap aja lebih mahal.
Dua hal itu membuat saya kecewa dan akhirnya memutuskan untuk kembali naik 855 saja. Butut-butut nggak papa deh, bersyukur masih ada direct bus, daripada muter jauh dan sampai kampusnya lebih lama dan lebih mahal? Toh cuma bus, naik yang bagus atau butut cuma beda di kenyamanan selama tiga puluh menit perjalanan doang.
Nah, nggak lama setelah saya memutuskan “balik kucing” naik 855, tiba-tiba saja saya mendapati… SMRT (perusahaan transportasi yang memegang jalur 855) mulai mengoperasikan bus baru buat rute 855! Dan bukan cuma itu… bus baru yang mereka pakai benar-benar kinclong, gressss, pokoknya bukan lawan bus-bus lain dah! Pertama lihat bus baru ini aja, saya sampai bengong *ndeso :p*, mengerjap-ngerjap nggak percaya gitu di halte, sambil bertanya dalam hati… “Beneran nih, 855? Nggak salah nih?” Wekekek. Begitu masuk, desain interior busnya juga sukses bikin saya melongo makin lebar. Keren abis!
Nih foto contoh bus barunya… Bisa juga klik di sini buat lihat 360 degree view dan bagian dalam busnya. Awas bengong! :p
Dan tadi sore, dalam perjalanan pulang dengan bus 855 baru ini, suddenly a random thought crossed my mind.
Berapa kali dalam hidup, kita, cewek-cewek, bosan menunggu pasangan hidup yang nggak kunjung datang (seperti saya yang bosan naik bus 855 butut), dan akhirnya memutuskan untuk coba-coba pacaran sama cowok mana pun yang kelihatannya oke (seperti saya yang coba naik bus “bagus” selain 855), tapi akhirnya malah berujung kecewa (seperti saya yang kecewa karena ternyata gonta-ganti bus malah bikin lebih lama sampai kampus dan lebih mahal!)?
Berapa kali dalam hidup, kita, cewek-cewek, jatuh pada keinginan akan kenyamanan punya pacar yang bisa diajak jalan malam minggu, bisa nemenin nonton dan makan, bisa dikangenin (seperti saya yang jatuh pada keinginan akan kenyamanan naik bus-nggak-butut), dan melupakan bahwa sebenarnya tujuan pacaran itu adalah saling mengenal untuk persiapan menuju pernikahan?
Tuhan sudah merancang tujuan pacaran sedemikian rupa (sama seperti entah siapa pun yang mengatur rute bus di Singapore sudah merancang bahwa tujuan bus 855 adalah dari Bukit Merah ke Upper Thomson), tapi kita cenderung tergoda dengan cowok-cowok yang lewat di depan kita (sama seperti saya tergoda dengan bus-bus bagus), dan memutuskan untuk “dicoba aja dulu”.
Ironisnya, cowok-cowok itu justru membawa kita semakin jauh dari tujuan kita, yaitu pernikahan (sama seperti bus non 855 yang justru bikin saya semakin jauh dari kampus), dan malah berakhir dengan kita “membuang waktu lebih lama”, “membayar harga lebih mahal”, dan “capek karena harus berganti dari yang satu ke yang lain”.
Lucu ya, ketika Tuhan sudah menciptakan “direct route”, kita – dengan kepala batunya – berlagak tahu “rute” lain yang lebih baik, dan nekat mencobanya. Jelas aja malah nyasar, berputar-putar dan nggak sampai-sampai di tujuan, dan malah berakhir dengan kekecewaan, keletihan, dan membayar harga lebih mahal.
Padahal, kalau kita mau setia dalam masa single kita (yang mungkin saat ini terasa sama tidak nyamannya dengan bus 855 yang butut), dan tetap melakukan segala tugas dan kewajiban dengan baik instead of mencoba-coba jalan dengan cowok mana pun yang terlihat oke di mata kita, Tuhan mungkin akan memberi kita kejutan manis… sama seperti SMRT yang memberi saya kejutan manis dengan 855 barunya yang kinclong! :p Things happen when you least expect them, you know.
So, be patient, girls. One day, you’ll see… this Mr. Right (and the new 855 bus) is worth the wait! ;)
Nah, saya suka empet karena bus 855 mayoritas… butut. Nih, lihat aja fotonya…
courtesy of http://www.sgbuses.com/v/smb/mbo405-H-oac/mobitec/TIB583S-855-M.JPG.html |
Bukannya gimana, tapi saya kan paling sering naik bus ini, dan perjalanan rumah-kampus juga cukup lama (sekitar setengah jam), jadi saya sedikit berharap setidaknya ada bus yang lebih bagus lah yang bisa saya naikin tiga hari dalam seminggu (masing-masing dua kali tiga puluh menit), ke kampus dan sebaliknya.
Beberapa kali, karena senewen mendapati bus 855 yang selalu butut, saya mencoba naik bus lain ke kampus. Tentu saja, seperti yang sudah saya bilang di atas, 855 satu-satunya direct bus dari rumah ke kampus dan sebaliknya, dan kalau saya nekat naik bus lain, saya kudu ganti bus. Demi kenyamanan semu *ceile* naik bus yang rada bagusan, saya pun nekat berganti-ganti bus (plus MRT!) untuk mencapai kampus.
Ternyata, setelah beberapa kali mempraktekkan, saya justru mendapati bahwa nggak naik 855 justru membuat saya… lebih lama sampai di kampus! Kenapa? Karena kalau tadinya saya cuma menghabiskan waktu paling lama 15 menit untuk menunggu satu bus (rata-rata interval kedatangan bus di Singapore 15 menit), sekarang saya justru membuang lima belas menit ekstra untuk menunggu bus kedua! Selain lebih lama, karena jarak yang diambil lebih jauh, tentu saja… tarifnya lebih mahal. Memang nggak besar sih selisihnya, tapi tetap aja lebih mahal.
Dua hal itu membuat saya kecewa dan akhirnya memutuskan untuk kembali naik 855 saja. Butut-butut nggak papa deh, bersyukur masih ada direct bus, daripada muter jauh dan sampai kampusnya lebih lama dan lebih mahal? Toh cuma bus, naik yang bagus atau butut cuma beda di kenyamanan selama tiga puluh menit perjalanan doang.
Nah, nggak lama setelah saya memutuskan “balik kucing” naik 855, tiba-tiba saja saya mendapati… SMRT (perusahaan transportasi yang memegang jalur 855) mulai mengoperasikan bus baru buat rute 855! Dan bukan cuma itu… bus baru yang mereka pakai benar-benar kinclong, gressss, pokoknya bukan lawan bus-bus lain dah! Pertama lihat bus baru ini aja, saya sampai bengong *ndeso :p*, mengerjap-ngerjap nggak percaya gitu di halte, sambil bertanya dalam hati… “Beneran nih, 855? Nggak salah nih?” Wekekek. Begitu masuk, desain interior busnya juga sukses bikin saya melongo makin lebar. Keren abis!
Nih foto contoh bus barunya… Bisa juga klik di sini buat lihat 360 degree view dan bagian dalam busnya. Awas bengong! :p
Dan tadi sore, dalam perjalanan pulang dengan bus 855 baru ini, suddenly a random thought crossed my mind.
Berapa kali dalam hidup, kita, cewek-cewek, bosan menunggu pasangan hidup yang nggak kunjung datang (seperti saya yang bosan naik bus 855 butut), dan akhirnya memutuskan untuk coba-coba pacaran sama cowok mana pun yang kelihatannya oke (seperti saya yang coba naik bus “bagus” selain 855), tapi akhirnya malah berujung kecewa (seperti saya yang kecewa karena ternyata gonta-ganti bus malah bikin lebih lama sampai kampus dan lebih mahal!)?
Berapa kali dalam hidup, kita, cewek-cewek, jatuh pada keinginan akan kenyamanan punya pacar yang bisa diajak jalan malam minggu, bisa nemenin nonton dan makan, bisa dikangenin (seperti saya yang jatuh pada keinginan akan kenyamanan naik bus-nggak-butut), dan melupakan bahwa sebenarnya tujuan pacaran itu adalah saling mengenal untuk persiapan menuju pernikahan?
Tuhan sudah merancang tujuan pacaran sedemikian rupa (sama seperti entah siapa pun yang mengatur rute bus di Singapore sudah merancang bahwa tujuan bus 855 adalah dari Bukit Merah ke Upper Thomson), tapi kita cenderung tergoda dengan cowok-cowok yang lewat di depan kita (sama seperti saya tergoda dengan bus-bus bagus), dan memutuskan untuk “dicoba aja dulu”.
Ironisnya, cowok-cowok itu justru membawa kita semakin jauh dari tujuan kita, yaitu pernikahan (sama seperti bus non 855 yang justru bikin saya semakin jauh dari kampus), dan malah berakhir dengan kita “membuang waktu lebih lama”, “membayar harga lebih mahal”, dan “capek karena harus berganti dari yang satu ke yang lain”.
Lucu ya, ketika Tuhan sudah menciptakan “direct route”, kita – dengan kepala batunya – berlagak tahu “rute” lain yang lebih baik, dan nekat mencobanya. Jelas aja malah nyasar, berputar-putar dan nggak sampai-sampai di tujuan, dan malah berakhir dengan kekecewaan, keletihan, dan membayar harga lebih mahal.
Padahal, kalau kita mau setia dalam masa single kita (yang mungkin saat ini terasa sama tidak nyamannya dengan bus 855 yang butut), dan tetap melakukan segala tugas dan kewajiban dengan baik instead of mencoba-coba jalan dengan cowok mana pun yang terlihat oke di mata kita, Tuhan mungkin akan memberi kita kejutan manis… sama seperti SMRT yang memberi saya kejutan manis dengan 855 barunya yang kinclong! :p Things happen when you least expect them, you know.
So, be patient, girls. One day, you’ll see… this Mr. Right (and the new 855 bus) is worth the wait! ;)
Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. (Mazmur 37 : 4)
Wait for the Lord; be strong and take heart and wait for the Lord. (Psalm 27 : 14 NIV)
Comments
TOP
http://dinayme.blogpsot.com
@meiying: aku juga bingung, kok bisa nyambungin ya? :p thanks yaa
Kok bisa kepikiran dari bus ke cowok?
Kakak nunggu berapa lama baru dapat bus yg isi lux itu?
Ih, pengen rasain tinggal di luar. kayaknya kita nggak perlu ekstra hati-hati kayak di Jkt.
nunggu bus yang lux itu, hmm.. hampir 6 bulan, lama ya? kesabaran bener2 diuji, wkwk. eh jgn salah, di sini walau tingkat kriminal rendah, tetap harus hati2 kok. di mana pun kita berada memang harus hati2 sih :)
@ci rina: thank you, Cici *hugs* memang iya ya, selain di soal pasangan hidup, kita juga kadang nggak sabaran di hal2 lainnya, padahal pemazmur bilang, "Wait for the Lord; be strong and take heart
and wait for the Lord" (Psalm 27:14). mudah2an setelah ini aku jadi lebih bisa sabar menanti wkwk