Skip to main content

Simple Stuff That Drives Me Crazy

Hell, mungkin salah saya karena terlalu rapi dan strict pada hal-hal kecil, sampai ketika orang lain nggak bisa seperti saya, saya jadi geregetan sendiri
Contohnya adalah mengembalikan barang yang habis dipakai ke tempatnya semula.
Dari kecil, saya sudah dibiasakan mengembalikan barang yang sudah saya pakai ke tempatnya semula. Habis mainan, dirapihin lagi. Habis sikat gigi, odolnya ditutup lagi dan dibalikin ke tempatnya. Terus hal-hal lain seperti: habis mandi, baju kotornya ditaruh di ember baju kotor. Habis makan, piringnya ditaruh di bak cuci piring. Pokoknya semua hal “sepele” macam itu, sudah terekam deh di syaraf motorik tubuh saya. Secara refleks, saya bakal melakukannya.
Nah, ketika beranjak dewasa, saya baru nyadar kalau nggak semua orang dididik atau dibiasakan seperti saya. Ada yang habis pakai gunting, dibiarin gitu aja. Ada yang habis makan snack, bungkusnya nggak dibuang di tempat sampah.
Ngeliat orang-orang kayak gitu, asli deh, saya pengen nyakar
Maksud saya, plis deh, itu cuma hal-hal kecil, kan? Yang melakukannya pun nggak butuh waktu satu menit. Dan nantinya bakal menguntungkan diri sendiri juga. Contoh: kalau habis pakai barang lalu dikembalikan ke tempatnya semula, nanti jadi enak kan kalau mau pakai barang itu lagi, udah tau tempatnya di mana dan nggak perlu pakai acara nyari-ngubek-seisi-rumah dulu? Atau kalau habis makan snack bungkusnya langsung dibuang di tempat sampah, enak kan jadi kelihatan bersih? Dan nggak ngundang lalat atau semut untuk merubung bungkus snack yang tergeletak sembarangan?
Tapi ya udahlah, mungkin memang nggak semua orang punya kesadaran untuk melakukan hal-hal seperti itu. Saya kayak gitu cuma karena udah dibiasakan dari kecil aja.
Dan bukannya mau jelek-jelekin orang lain, karena saya yakin saya juga PASTI punya sifat atau kebiasaan yang disebelin sama orang lain Jadi, yah.. untuk saat ini saya masih cukup sabar dan sebatas menghela napas sambil geleng-geleng kepala aja kalau melihat ada orang yang sehabis pakai barang nggak mengembalikan ke tempatnya semula.

Comments

wah, kak steph persis sama bunda! selalu memperhatikan hal2 sepele dan bisa judek panjang pendek ngeliat 'sesuatu' nggak pada tempatnya..

dan el, mungkin bisa dikategorikan pada.. 'orang-orang kebanyakan' itu, hwehehehe :DD
Sabar ya kak. Aku juga sering kok kesel liat orang yg nggak rapi =D
shaundsheeps said…
hehe...
ngga enak ngomongnya...
soalnya aku juga salah satu orang yang kamu posting itu steph...
mama juga sering banget marah-marah...
abis, udah naroh sembarangan, lupa pula...
hehehehe...
jadi sabar aja steph...
aku juga udah nyoba ngrubah, tapi kok ya susah banget!
Stephanie Zen said…
elena: wah, jangan-jangan ini pertanda aku udah pantas punya anak ya, el? hahaha

bibi: hehe iya bi, skrg udah lebih bisa nahan diri untuk nggak nggerundel sendiri kok :p

yaz: hihihi.. gpp, itu sebenernya cuma masalah kebiasaan aja sih x)

Popular posts from this blog

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566