Ada seorang prajurit Rusia yang bekerja menjadi bendahara di pangkalan militernya. Ia sedang merencanakan untuk menikahi kekasihnya. Akan tetapi, semakin mendekati hari pernikahan, ia menyadari bahwa uang yang dimilikinya belum cukup untuk biaya menikah. Akhirnya ia memutuskan untuk mencuri sedikit demi sedikit uang kas militer yang dipegangnya.
Suatu hari, seluruh prajurit Rusia di pangkalan militer itu menyelenggarakan sebuah perayaan. Semua prajurit bebas tugas pada hari itu, dan diijinkan untuk berpesta, minum-minum, dan melakukan konvoi keliling kota. Akan tetapi, prajurit bendahara yang mencuri uang kas itu tidak ikut berpesta. Ia sedang gelisah memikirkan semua uang yang dicurinya.
Akhirnya, ketika semua orang telah pergi, ia mengambil sehelai kertas panjang, dan menuliskan semua jumlah uang yang dicurinya di situ. Ia menulis tanggal sekian ia mengambil uang sekian, tanggal berapa ia mengambil uang berapa, begitu seterusnya, hingga tanggal terakhir ia mencuri.
Ketika ia selesai mencatat dan menghitung semua jumlah uang yang telah dicurinya, menangislah ia. Jumlah uang yang telah ia curi mencapai ratusan ribu Rubel, jumlah yang sangat besar pada zaman itu, bahkan orang yang sangat kaya di Rusia pun mungkin tak memiliki uang sebanyak itu. Sang prajurit bendahara tak sadar ia telah mencuri begitu banyak.
Karena begitu sedih dan menyesalnya, prajurit itu terus menangis. Dan di bagian bawah catatan jumlah total hutangnya, ia menulis:
SIAPA MAU MEMBAYAR HUTANGKU?
Ia terus menangis dan menangis, hingga kelelahan dan jatuh tertidur. Wajahnya menelungkup di atas tangan yang menindih kertas berisi catatan hutang itu.
Saking lelah dan pulasnya tertidur, prajurit bendahara itu mendengkur. Dengkurannya terdengar oleh seorang pria tua yang sedang berjalan di dekat tenda tempat tinggal para prajurit pangkalan militer itu. Orang tua itu bingung mendengar suara dengkuran, karena seharusnya semua prajurit di tenda-tenda itu sedang pergi berpesta di kota.
Karena penasaran, orang tua itu mengikuti suara dengkuran yang didengarnya. Ia meriksa tenda demi tenda, hingga akhirnya sampai di tenda prajurit bendahara yang tengah tertidur pulas itu.
Ketika melihat sang prajurit, orang tua itu merasa prihatin. Prajurit ini masih muda dan gagah, tapi wajahnya terlihat sedih, pikir orang tua itu. Pasti ia sedang punya masalah besar, hingga tidak ikut teman-temannya berpesta di kota.
Sang orang tua terus mengamati prajurit itu, hingga ia melihat ujung kertas bertuliskan catatan hutang yang ditindih tangan prajurit. Orang tua itu penasaran, dan mengambil kertas itu dengan hati-hati dari bawah tangan sang prajurit.
Ketika membaca isi kertas itu, orang tua yang tadinya prihatin itu menjadi sangat geram. Prajurit ini pencuri! pikirnya marah. Ia sudah mengambil uang negara begini banyak!
Orang tua itu terus membaca catatan hutang pemuda itu dengan marah, sampai akhirnya ia sampai pada tulisan SIAPA MAU MEMBAYAR HUTANGKU? yang penuh dengan cucuran air mata sang prajurit.
Mengertilah sang orang tua, bahwa prajurit itu menyesal telah mencuri. Orang tua itu kemudian mengambil pena, lalu menulis di bawah tulisan prajurit itu:
AKU AKAN MEMBAYAR SEMUA HUTANGMU.
JANGAN MENCURI LAGI.
Ia lalu menandatanganinya, meletakkan kertas itu di sisi sang prajurit, dan meninggalkan tenda itu.
Beberapa saat setelah sang orang tua pergi, prajurit itu terbangun. Ia panik begitu menyadari kertas berisi catatan semua uang yang dicurinya telah lenyap. Tidak, pikirnya, setelah ini semua orang akan tau aku ini pencuri. Aku akan dipenjara, dan dihukum mati karena telah mencuri uang negara!
Prajurit itu mencari kertasnya sambil bercucuran air mata. Sampai akhirnya ia menemukan kertas itu di bawah meja. Ternyata kertas itu tertiup angin. Sang prajurit sangat lega begitu menemukan kertas itu. Berarti aku tidak ketahuan, pikirnya.
Tapi ia menjadi sangat kaget dan takut ketika mendapati ada tulisan tangan orang lain di bawah tulisan tangannya. Ia membaca tulisan itu dengan cepat, dan ketika melihat tanda tangan serta nama yang tertulis di bawah tulisannya itu, ia gemetar hebat.
Karena, itu adalah tanda tangan dan nama Kaisar Rusia.
Dosa kita adalah seperti uang kas militer yang dicuri pemuda itu. Begitu banyak, hingga orang paling kaya di dunia pun tidak akan sanggup menebusnya. Tapi ketika kita menyesal dan mengakui semua dosa kita, TUHAN mendengar dan datang untuk melunasi semua hutang dosa kita, sama seperti yang dilakukan sang Kaisar.
Hanya Dia yang sanggup melunasi semua hutang itu, karena hanya Dia yang memiliki kuasa untuk melakukannya.
Hari ini, kita diingatkan kembali, bahwa Yesus telah lahir untuk menebus dosa dan menyelamatkan seisi dunia. Bersukacita dan bergembiralah, karena semua hutangmu telah lunas dibayar.
Dan ingat, seperti kata Sang Kaisar, JANGAN MENCURI LAGI
Selamat Natal, teman-teman. Kiranya damai sejahtera dan kasih-Nya melingkupi kita semua. Amin.
PS: ilustrasi diambil dari khotbah Pdt. Stephen Tong di Surabaya, 19 Desember 2008.
Suatu hari, seluruh prajurit Rusia di pangkalan militer itu menyelenggarakan sebuah perayaan. Semua prajurit bebas tugas pada hari itu, dan diijinkan untuk berpesta, minum-minum, dan melakukan konvoi keliling kota. Akan tetapi, prajurit bendahara yang mencuri uang kas itu tidak ikut berpesta. Ia sedang gelisah memikirkan semua uang yang dicurinya.
Akhirnya, ketika semua orang telah pergi, ia mengambil sehelai kertas panjang, dan menuliskan semua jumlah uang yang dicurinya di situ. Ia menulis tanggal sekian ia mengambil uang sekian, tanggal berapa ia mengambil uang berapa, begitu seterusnya, hingga tanggal terakhir ia mencuri.
Ketika ia selesai mencatat dan menghitung semua jumlah uang yang telah dicurinya, menangislah ia. Jumlah uang yang telah ia curi mencapai ratusan ribu Rubel, jumlah yang sangat besar pada zaman itu, bahkan orang yang sangat kaya di Rusia pun mungkin tak memiliki uang sebanyak itu. Sang prajurit bendahara tak sadar ia telah mencuri begitu banyak.
Karena begitu sedih dan menyesalnya, prajurit itu terus menangis. Dan di bagian bawah catatan jumlah total hutangnya, ia menulis:
SIAPA MAU MEMBAYAR HUTANGKU?
Ia terus menangis dan menangis, hingga kelelahan dan jatuh tertidur. Wajahnya menelungkup di atas tangan yang menindih kertas berisi catatan hutang itu.
Saking lelah dan pulasnya tertidur, prajurit bendahara itu mendengkur. Dengkurannya terdengar oleh seorang pria tua yang sedang berjalan di dekat tenda tempat tinggal para prajurit pangkalan militer itu. Orang tua itu bingung mendengar suara dengkuran, karena seharusnya semua prajurit di tenda-tenda itu sedang pergi berpesta di kota.
Karena penasaran, orang tua itu mengikuti suara dengkuran yang didengarnya. Ia meriksa tenda demi tenda, hingga akhirnya sampai di tenda prajurit bendahara yang tengah tertidur pulas itu.
Ketika melihat sang prajurit, orang tua itu merasa prihatin. Prajurit ini masih muda dan gagah, tapi wajahnya terlihat sedih, pikir orang tua itu. Pasti ia sedang punya masalah besar, hingga tidak ikut teman-temannya berpesta di kota.
Sang orang tua terus mengamati prajurit itu, hingga ia melihat ujung kertas bertuliskan catatan hutang yang ditindih tangan prajurit. Orang tua itu penasaran, dan mengambil kertas itu dengan hati-hati dari bawah tangan sang prajurit.
Ketika membaca isi kertas itu, orang tua yang tadinya prihatin itu menjadi sangat geram. Prajurit ini pencuri! pikirnya marah. Ia sudah mengambil uang negara begini banyak!
Orang tua itu terus membaca catatan hutang pemuda itu dengan marah, sampai akhirnya ia sampai pada tulisan SIAPA MAU MEMBAYAR HUTANGKU? yang penuh dengan cucuran air mata sang prajurit.
Mengertilah sang orang tua, bahwa prajurit itu menyesal telah mencuri. Orang tua itu kemudian mengambil pena, lalu menulis di bawah tulisan prajurit itu:
AKU AKAN MEMBAYAR SEMUA HUTANGMU.
JANGAN MENCURI LAGI.
Ia lalu menandatanganinya, meletakkan kertas itu di sisi sang prajurit, dan meninggalkan tenda itu.
Beberapa saat setelah sang orang tua pergi, prajurit itu terbangun. Ia panik begitu menyadari kertas berisi catatan semua uang yang dicurinya telah lenyap. Tidak, pikirnya, setelah ini semua orang akan tau aku ini pencuri. Aku akan dipenjara, dan dihukum mati karena telah mencuri uang negara!
Prajurit itu mencari kertasnya sambil bercucuran air mata. Sampai akhirnya ia menemukan kertas itu di bawah meja. Ternyata kertas itu tertiup angin. Sang prajurit sangat lega begitu menemukan kertas itu. Berarti aku tidak ketahuan, pikirnya.
Tapi ia menjadi sangat kaget dan takut ketika mendapati ada tulisan tangan orang lain di bawah tulisan tangannya. Ia membaca tulisan itu dengan cepat, dan ketika melihat tanda tangan serta nama yang tertulis di bawah tulisannya itu, ia gemetar hebat.
Karena, itu adalah tanda tangan dan nama Kaisar Rusia.
Dosa kita adalah seperti uang kas militer yang dicuri pemuda itu. Begitu banyak, hingga orang paling kaya di dunia pun tidak akan sanggup menebusnya. Tapi ketika kita menyesal dan mengakui semua dosa kita, TUHAN mendengar dan datang untuk melunasi semua hutang dosa kita, sama seperti yang dilakukan sang Kaisar.
Hanya Dia yang sanggup melunasi semua hutang itu, karena hanya Dia yang memiliki kuasa untuk melakukannya.
Hari ini, kita diingatkan kembali, bahwa Yesus telah lahir untuk menebus dosa dan menyelamatkan seisi dunia. Bersukacita dan bergembiralah, karena semua hutangmu telah lunas dibayar.
Dan ingat, seperti kata Sang Kaisar, JANGAN MENCURI LAGI
Selamat Natal, teman-teman. Kiranya damai sejahtera dan kasih-Nya melingkupi kita semua. Amin.
PS: ilustrasi diambil dari khotbah Pdt. Stephen Tong di Surabaya, 19 Desember 2008.
Comments
amiiiin, semoga di tahun baru ini kita lebih menyenangkan hatiNya ya.
merry christmas & happy new year too ci :)