Skip to main content

Sakit Gigi dan BlackBerry


Kemarin-kemarin ini, ada dua kejadian yang menimpa saya, dan berhubung “pesan”nya satu, jadi saya postingnya digabung aja ya :D

Minggu lalu, saya sakit gigi. Kayaknya gigi ada yang bolong gitu, dan gusinya jadi cenut-cenut. Buat yang belum tahu, berobat gigi di Singapore itu muahaaaaalnya luar biasa. Dulu sebelum saya berangkat ke sini, teman saya, Ce Eka, sudah mewanti-wanti, “pokoknya di Singapore JANGAN SAMPAI sakit gigi, soalnya MAHAL!”Dulu Ce Eka pernah habis sampai S$ 2000 (kurang lebih Rp 14 juta, dengan kurs S$ 1 = Rp 7.000 *jduerrrr!*) cuma gara-gara sakit gigi! Untung bisa diklaim ke kantor -_-

Nah, kalau WNI di sini sakit gigi, banyak yang beli tiket pesawat ke Jakarta or ke Batam, terus berobat ke sana, karena jatuhnya tetap lebih murah dibanding harus berobat di Singapore! -_- Jadi kemarin pas sakit gigi, saya udah cari-cari info gitu tentang biaya berobat di sini, dan ternyata memang amit-amiiiit mahalnya! Kontrol ke drg-nya aja bisa habis S$ 350, belum obat dan biaya nambal in case giginya beneran bolong! *pingsan*

Saya coba nanya-nanya lagi, kalau misalnya mau ke Batam biayanya habis berapa (karena kejauhan kalau ke Jakarta dan sayang banget kalau pulang ke Surabaya cuma bentar, heuehehe), sekalian nyari info drg yang bagus di sana. Kebetulan, ada temen saya yang orang Batam, dan dia bilang naik ferry PP Singapore-Batam itu S$ 50 (Rp 350.000), dan dia juga punya drg langganan di sana yang biaya berobatnya antara Rp 300.000 - 400.000 sekali datang. Oke lah, ditotal-total paling cuma Rp 750.000, tetap jauh lebih murah dibanding (kemungkinan) S$ 2000 yang bisa jadi living cost saya selama dua bulan itu! *_*

Nah, dengan gigi dan gusi yang cenut-cenut, saya doa deh sama Tuhan, pertama doa minta ampun karena kurang jaga kebersihan gigi, padahal udah diingatin kalau biaya berobat gigi di sini mahal banget.

Kedua, karena biaya hidup saya di sini ngepresss, biaya ke Batam dan berobat di sana pun sudah cukup mahal, jadi saya juga doa kalau memang saya harus pergi, minta tolong Tuhan cukupkan biayanya (karena pasti dana saya bulan itu berkurang gara-gara sebagian dipakai untuk ke drg, sementara saya nggak enak kalau minta lagi ke ortu).

Ketiga, saya kan udah beli tiket pulang Surabaya untuk liburan Natal (21 Desember dan balik ke sini 3 Januari), nah kalau Tuhan berkenan, saya berobat giginya pas pulang itu aja, tapi berarti gigi saya jangan sakit lagi sampai sebelum pulang itu, which is masih sekitar sebulanan lagi. Kayaknya permintaan saya yang ini maruk buanget gitu ya? :p

Tapiiii besoknya, begitu saya bangun… gigi saya nggak sakit lagi! Sakitnya bener-bener hilang, blasss nggak ada! Terus saya mutusin nunggu 1-2 hari lagi, siapa tau sakitnya hilang sementara doang, tapi beneran ini udah seminggu dan nggak sakit sama sekali! Wuaaah, God is so good! Mudah-mudahan nggak sakit sampai saya balik Surabaya ya, dan nanti pas sampai di Surabaya pun saya janji, hal pertama yang saya lakukan adalah… ke drg! :)) Dan asli deh, sehabis sakit gigi gini, saya jadi bener-bener ekstrem jaga kebersihan gigi. Pokoknya JANGAN SAMPAI sakit gigi lagi! -_-

Terus soal BlackBerry… BB saya kan mendadak rusak nih, tau-tau restart melulu. Udah copot batere dan segala macam cara yang saya tau, tetep aja begitu. Jadi, terpaksa dibawa ke tempat servis.

Roommate saya, Jovi, udah bilang jangan servis di Lucky Plaza (salah satu tempat di Orchard yang jual berbagai alat elektronik dan HP), karena di sana di sana banyak banget yang ketipu. Jovi saranin untuk servis di Funan, pusat elektronik dan HP gitu juga, tapi reputasinya bagus.

Tapi emang dasar saya ribet banget karena semua data penting saya ada di BB (mau SMS temen aja nggak bisa karena semua nomer HP-nya di situ -_-) , dan saya nggak tau kapan saya sempat ke Funan, then waktu besoknya saya kebetulan ke daerah Orchard, saya nekat lah ke Lucky Plaza.

Toko pertama yang saya tanyain, bilang biaya servisnya S$ 58. Oke, masih masuk akal, tapi saya tanya ke toko-toko sebelahnya. Toko berikutnya bilang, dia mau cek dulu ke teknisinya, jadi dia bawa BB saya gitu ke tempat lain (teknisinya nggak di toko itu). Pas dia balik, dia bilang masih dicek sama teknisinya, dan saya disuruh ninggal gitu. Saya bilang, “oke, mana tanda terimanya?” Eeh dia bilang nggak perlu, dan dia cuma kasih kartu nama sama minta nomer HP saya untuk hubungi saya kalau servisnya udah selesai. Nah, saya mulai berasa nggak enak deh di sini, dan saya tanya perkiraan biayanya berapa? Dia balik ke tempat teknisinya, dan pas balik ke toko dia bilang, “Less than S$ 180…”

Saya langsung… “WHAT????? !@$#^*)_&!!!”

Yangbener ajeeee, S$ 180 itu Rp 1.260.000 boook! Mending beli BB baru!

Saya bilang ke orangnya, saya mau ambil aja BB saya, nggak jadi servis di situ karena mahal. Apalagi, pas itu saya barengan sama Cecil (housemate saya), dan Cecil bilang kalau semahal itu mending dititipin dia aja pas dia balik ke Bogor akhir bulan ini, nanti dia yang servis di Bogor. Saya langsung setuju, apalagi pas itu akhir bulan dan duit yang tersisa di rekening kalau ditotal-total cuma tinggal S$ 150, tetap aja nggak cukup buat servis di sono.

Orangnya ke tempat teknisinya lagi, dan masa pas balik dia bilang BB-nya udah setengah jalan dikerjain, dan misalnya distop sekarang, nanti komputernya yang rusak, dan saya tetap harus bayar setengah biaya servis. AJEGILEEE! Cecil bilang ke orangnya, “Tadi kan katanya cuma mau ngecek aja?” Tapi orangnya langsung sibuk berkelit gitu, yang intinya kita nggak punya pilihan kecuali meninggalkan BB di situ untuk diservis :(( Saya mau nunggu di situ sampai BB-nya selesai dikerjain, eh dia bilang baru selesai jam 3 (waktu itu jam 1.30). Aneh banget kan, padahal tadi dia bilang udah setengah jalan dikerjain, dan kita belum lima belas menit ada di situ, plus saya nggak bisa nunggu sampai jam 3 juga, karena udah ada rencana mau nonton jam 3.05 di Cineleisure (jalan kaki 10 menit dari Lucky Plaza). Saya makin merasa nggak bener nih toko… Gue kejebak nih!

Then, orangnya bilang, kalau misalnya nanti BB-nya nggak bisa diservis, ya saya nggak usah bayar dia sama sekali. Saya langsung berdoa di dalam hati, mudah-mudahaaaan beneran nggak bisa diservis di sini dah! Dan dengan bermodal kartu nama toko itu dan janji ditelepon kalau BB-nya udah kelar diservis, saya pergi ke Cineleisure.

Sepanjang nonton film, saya gelisah, dan bener-bener doa minta ampun karena saya gegabah (padahal udah dibilangin jangan servis di Lucky Plaza!), juga doa kalau BB bisa diservis tolong jangan mahal-mahal, dan kalau bisa, mending nggak bisa diservis aja sekalian, soalnya mahal bangetttt, Tuhan. Saya makin gelisah karena sampai filmnya selesai, orangnya nggak nelepon-nelepon juga :s akhirnya saya lari gitu deh ke Lucky Plaza begitu filmnya kelar.

Sampai di toko itu, orangnya ngenalin saya, terus dia langsung pergi ngambilin BB ke tempat teknisinya, dan voila… BB saya nggak bisa diservis di situ! Jadi saya nggak usah bayar sama sekali! HAHAHAHA. Memang jadi repot karena bakal hidup tanpa BB dan nomor-nomor telepon penting sampai akhir bulan, tapi nggak papa lah! Saya lolos dari jerat penipu di Lucky Plaza!

Memang bener, Tuhan kasih kita orang-orang berhikmat di sekeliling kita untuk menasehati, tapi kita sering bandel dan gegabah, jalan seenaknya sendiri, padahal sudah diperingatkan. Then, waktu sakit gigi dan nyaris ketipu begini, baru nyadar dan minta tolong sama Tuhan :( Segera doa akui kesalahan dan minta ampun di hadapan Tuhan, terus janji jangan ulangi perbuatan yang sama lagi, dan janjinya… harus bener-bener ditepati ya! Kalau Tuhan tolong, mengucap syukurlah. Kalau misalnya “Tuhan tetap biarkan sakit gigi” atau “ketipu” pun, juga jangan salahkan Tuhan. Ingat, kelalaian dan kegegabahan kita sendiri lho yang menyebabkan. Tetap jadikan itu pelajaran, supaya next time bisa lebih baik lagi :)

Orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. (Amsal 19 : 2b)

Comments

Steph, indeed, menguatkan banget ya. Menguatkan sekaligus mengingatkan kalau semua tindakan kita itu mengandung konsekuensi. Tapi Dia bukan TUhan yang lepas tangan, untungnya. Dia tetap sertai dan jaga kita, tapi tentu akan lebih baik kalau kita tidak melenceng dari perintahNya ya Steph
Stephanie Zen said…
bener, Ci. adakalanya konsekuensi memang diberikan sama Tuhan supaya kita belajar ya. tapi Dia nggak pernah menolak kita setiap kali kita doa minta ampun dan kembali pada-Nya :)

Popular posts from this blog

Pindahan #2: Putus

Nggak, saya nggak putus. Lha mau putus sama siapa? Okay, selamat datang kembali di blog post series Pindahan! Buat yang belum baca part 1-nya, sila dibaca di sini ya, biar nggak bingung saya ngoceh tentang apa. Lanjuttt! Untuk pindahan kali ini, saya memutuskan nggak pakai jasa mover alias tukang jasa pindahan. Kenapa? Karena selain barang saya nggak banyak-banyak amat, pakai mover di sini juga lumayan mahal, bisa $70 - $100. Mending duitnya dipake buat beli baju baru . Nah, resiko nggak pakai mover adalah, saya harus mau pindahin barang saya sedikit demi sedikit dari rumah lama ke rumah baru. Rutinitas saya tiap pagi selama seminggu belakangan kira-kira begini: tiap pagi ke kantor bawa gembolan dua travel bag atau satu koper --> Dilihatin dan ditanyain sama orang-orang sekantor, "Wah, you're flying back home, ah?" --> I wish --> Kerja membanting tulang demi sepetak kamar sampai kira-kira jam 7 malam --> Gotong-gotong gembolan ke rumah baru. Asal ta

Ziklag

Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice. Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p N

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566