Dua
hari ini saya berasa "dihajar" habis-habisan dengan pesan tentang
grace (kasih karunia), serve (melayani), dan sacrifice (berkorban). Semua
renungan yang saya baca, lagu yang saya putar, beberapa tweet yang masuk ke
timeline saya… semuanya mengarah ke tiga pesan ini.
And I believe, there is no such thing as coincidence.
Saya pernah merasa begini beberapa kali. I mean, selama jangka waktu tertentu Tuhan ingatkan saya akan satu hal, dan itu kayak dikejar-kejar gitu lho. Kepikiraaaaaaan terus. But I don’t mind sih, hehe. It’s comforting to know that He, through Holy Spirit, is still willing to talk to me. But, how I would respond to his voice, it depends on me.
Ada kalanya saya sibuuuk banget (kayak sekarang, di mana assignment minta ampun banyaknya, tiap minggu ada deadline, belum lagi udah mulai midterm tests period, terus naskah juga banyak yang udah lama dianggurin *sigh*), dan saya rasanya pengen bilang, “Aduh, Tuhan, jangan sekarang deh… nanti aja ya, sekarang lagi ribet banget nih! Oke, Tuhan? Nggak papa, ya?”
Ketika saya menjawab seperti itu, kadang pesan yang Tuhan coba sampaikan pada saya itu “memudar”. It’s not that God is not persistent enough so that He gave up on me. It’s about the free will that He has given to me, you, and all of us. He called, but not everyone answered Him. He wants to talk, but not everyone took their time to listen to Him. And in the end, sadly to say, we become insensitive to His voice because we have ignored Him too often.
Penulis kitab Ibrani mengetahui kecenderungan kita ini, dan ia mengingatkan kita:
Jadi kali ini (sambil meminggirkan semua textbook dan print-out slide kuliah yang harus saya baca), saya memutuskan untuk duduk di kaki-Nya dan mendengarkan Dia. Saya mengingatkan diri saya, jangan sampai hati saya menjadi terlalu keras untuk-Nya… jangan sampai telinga saya menjadi terlalu tidak pekaterhadap panggilan-Nya. Karena semakin jauh dari-Nya, saya bukan merasa semakin baik. Instead, I feel… empty. Hampa. Kosong. I feel… lost.
So, here is the message.
Kemarin teman saya, Anita, menulis tweet, “i think there's no way to serve without the element called "sacrifice".”
Tweet yang tidak sampai 140 karakter itu membuat saya tercenung. Benarkah kita tidak dapat melayani Dia tanpa mengorbankan sesuatu? And I found that was… so true.
Ambil contoh paling sederhana saja, ketika kita melayani Dia sebagai singer di gereja, misalnya. Kita tentu harus sediakan waktu untuk latihan, kan? Untuk ke tempat latihan, kita juga pasti butuh uang transport atau bensin, juga tenaga. Nah, itu aja sudah berkorban, padahal pelayanannya “cuma” sekedar singer. (Hehehe ini bukan bilang pelayanan singer itu remeh ya *saya juga lagi ikut training untuk pelayanan singer kok :p*, ini cuma contoh aja. Bidang pelayanan yang lain juga begitu kok. Intinya, kalau kita mau melayani Dia, PASTI ada sesuatu yang harus kita korbankan. Ada harga yang harus kita bayar.
Alkitab mencatat bagaimana Yesus memanggil murid-murid pertama-Nya, dan bagaimana murid-murid itu membayar harga untuk mengikut Dia.
Yakobus dan Yohanes meninggalkan ayahnya, perahunya, orang-orang upahannya… lalu mengikut Dia. Mereka meninggalkan kelurganya, mata pencahariannya, kenikmatan dilayani (karena punya orang-orang upahan), demi mengikut Dia.
Bukan berarti Yesus menyuruh kita mengabaikan keluarga, pekerjaan, atau pendidikan kita, sama sekali tidak! Ia hanya menunjukkan pada kita, bahwa ada hal-hal yang harus kita korbankan ketika kita memilih untuk melayani Dia.
I dare to say… Yesus adalah satu-satunya tokoh agama yang tidak memberikan iming-iming hidup enak, nyaman, kaya, sejahtera, kepada siapa yang mau mengikut Dia. Kebalikannya, Dia justru berkata:
Menyangkal diri… kita mengesampingkan keinginan daging kita. Tetap saat teduh bahkan ketika ngantuk berat. Setia memberikan perpuluhan meski mungkin lagi cekak.
Memikul salib… kita mungkin akan diejek karena punya pemikiran yang berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Dia. Kita mungkin akan dikatai sok suci karena menolak ikut melakukanhal buruk yang teman-teman kita lakukan, karena kita tahu itu mendukakan hati-Nya. Kita mungkin dihambat dalam karir kita hanya karena status kita sebagai orang Kristen.
Mengikut Dia… apa pun yang terjadi, kita tetap mengarahkan pandangan kita pada-Nya. Seterjal apa pun yang jalan yang harus dilalui, kita tetap mengikuti-Nya.
And you started to ask, “Memangnya apa yang sudah Yesus lakukan buatku sih, kok berani-beraninya Dia meminta begitu banyak? Dia minta aku mengorbankan waktu, uang, tenaga, harga diri, kehidupan yang enak, kendali atas hidupku sendiri? I have to sacrifice everything for Him? What has He done for me???”
May I answer your question with this video.
He left the glory of heaven (His home) for you.
He left His Father (His family), so that you can join His family in eternity.
He left His title (His position) as a Son of God, so that He could come to this world to reach you.
He was condemned by this world (sacrificed His pride), so that you will be accepted in heaven.
He left His immortality (His life)… so that He could die for You on the cross.
You dare to say you have sacrificed all for Him? You have not sacrifice your life, haven’t you? He has!
Yes, there are things in our life that have to be sacrificed in order to serve Him… every time you feel hard to let go of all those things, remember what He has let go for you… in order to give you grace :)
And I believe, there is no such thing as coincidence.
Saya pernah merasa begini beberapa kali. I mean, selama jangka waktu tertentu Tuhan ingatkan saya akan satu hal, dan itu kayak dikejar-kejar gitu lho. Kepikiraaaaaaan terus. But I don’t mind sih, hehe. It’s comforting to know that He, through Holy Spirit, is still willing to talk to me. But, how I would respond to his voice, it depends on me.
Ada kalanya saya sibuuuk banget (kayak sekarang, di mana assignment minta ampun banyaknya, tiap minggu ada deadline, belum lagi udah mulai midterm tests period, terus naskah juga banyak yang udah lama dianggurin *sigh*), dan saya rasanya pengen bilang, “Aduh, Tuhan, jangan sekarang deh… nanti aja ya, sekarang lagi ribet banget nih! Oke, Tuhan? Nggak papa, ya?”
Ketika saya menjawab seperti itu, kadang pesan yang Tuhan coba sampaikan pada saya itu “memudar”. It’s not that God is not persistent enough so that He gave up on me. It’s about the free will that He has given to me, you, and all of us. He called, but not everyone answered Him. He wants to talk, but not everyone took their time to listen to Him. And in the end, sadly to say, we become insensitive to His voice because we have ignored Him too often.
Penulis kitab Ibrani mengetahui kecenderungan kita ini, dan ia mengingatkan kita:
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.” (Ibrani 3:15)
Jadi kali ini (sambil meminggirkan semua textbook dan print-out slide kuliah yang harus saya baca), saya memutuskan untuk duduk di kaki-Nya dan mendengarkan Dia. Saya mengingatkan diri saya, jangan sampai hati saya menjadi terlalu keras untuk-Nya… jangan sampai telinga saya menjadi terlalu tidak pekaterhadap panggilan-Nya. Karena semakin jauh dari-Nya, saya bukan merasa semakin baik. Instead, I feel… empty. Hampa. Kosong. I feel… lost.
So, here is the message.
Kemarin teman saya, Anita, menulis tweet, “i think there's no way to serve without the element called "sacrifice".”
Tweet yang tidak sampai 140 karakter itu membuat saya tercenung. Benarkah kita tidak dapat melayani Dia tanpa mengorbankan sesuatu? And I found that was… so true.
Ambil contoh paling sederhana saja, ketika kita melayani Dia sebagai singer di gereja, misalnya. Kita tentu harus sediakan waktu untuk latihan, kan? Untuk ke tempat latihan, kita juga pasti butuh uang transport atau bensin, juga tenaga. Nah, itu aja sudah berkorban, padahal pelayanannya “cuma” sekedar singer. (Hehehe ini bukan bilang pelayanan singer itu remeh ya *saya juga lagi ikut training untuk pelayanan singer kok :p*, ini cuma contoh aja. Bidang pelayanan yang lain juga begitu kok. Intinya, kalau kita mau melayani Dia, PASTI ada sesuatu yang harus kita korbankan. Ada harga yang harus kita bayar.
Alkitab mencatat bagaimana Yesus memanggil murid-murid pertama-Nya, dan bagaimana murid-murid itu membayar harga untuk mengikut Dia.
Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia. (Markus 1 : 19-20)
Yakobus dan Yohanes meninggalkan ayahnya, perahunya, orang-orang upahannya… lalu mengikut Dia. Mereka meninggalkan kelurganya, mata pencahariannya, kenikmatan dilayani (karena punya orang-orang upahan), demi mengikut Dia.
Bukan berarti Yesus menyuruh kita mengabaikan keluarga, pekerjaan, atau pendidikan kita, sama sekali tidak! Ia hanya menunjukkan pada kita, bahwa ada hal-hal yang harus kita korbankan ketika kita memilih untuk melayani Dia.
I dare to say… Yesus adalah satu-satunya tokoh agama yang tidak memberikan iming-iming hidup enak, nyaman, kaya, sejahtera, kepada siapa yang mau mengikut Dia. Kebalikannya, Dia justru berkata:
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16 : 24)
Menyangkal diri… kita mengesampingkan keinginan daging kita. Tetap saat teduh bahkan ketika ngantuk berat. Setia memberikan perpuluhan meski mungkin lagi cekak.
Memikul salib… kita mungkin akan diejek karena punya pemikiran yang berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Dia. Kita mungkin akan dikatai sok suci karena menolak ikut melakukanhal buruk yang teman-teman kita lakukan, karena kita tahu itu mendukakan hati-Nya. Kita mungkin dihambat dalam karir kita hanya karena status kita sebagai orang Kristen.
Mengikut Dia… apa pun yang terjadi, kita tetap mengarahkan pandangan kita pada-Nya. Seterjal apa pun yang jalan yang harus dilalui, kita tetap mengikuti-Nya.
And you started to ask, “Memangnya apa yang sudah Yesus lakukan buatku sih, kok berani-beraninya Dia meminta begitu banyak? Dia minta aku mengorbankan waktu, uang, tenaga, harga diri, kehidupan yang enak, kendali atas hidupku sendiri? I have to sacrifice everything for Him? What has He done for me???”
May I answer your question with this video.
He left the glory of heaven (His home) for you.
He left His Father (His family), so that you can join His family in eternity.
He left His title (His position) as a Son of God, so that He could come to this world to reach you.
He was condemned by this world (sacrificed His pride), so that you will be accepted in heaven.
He left His immortality (His life)… so that He could die for You on the cross.
You dare to say you have sacrificed all for Him? You have not sacrifice your life, haven’t you? He has!
Yes, there are things in our life that have to be sacrificed in order to serve Him… every time you feel hard to let go of all those things, remember what He has let go for you… in order to give you grace :)
Comments
Dia nggak pernah terlalu sibuk bagi kita, kenapa kita sering terlalu sibuk bagi Dia ya? :( bener-bener pembelajaran seumur hidup ya, Ci..