Skip to main content

Love Me, Please

Malam ini, dalam perjalanan pulang, ketika bus yang saya tumpangi berhenti di sebuah halte, saya memandang keluar dan mendapati sebuah adegan yang membuat otak saya berpikir.

Dua orang berpelukan di halte, jenis pemandangan yang sudah sering saya jumpai di Singapore (meski saya tahu saya tak akan pernah terbiasa melihatnya, sama seperti saya tak akan pernah terbiasa melihat orang kissing di tempat umum). Sang cowok, berpotongan rambut ala artis-artis Korea namun dengan dandanan serba hitam, membelai perlahan punggung ceweknya, sementara sang cewek, yang memakai tank top dan hot pants, menggelendot mesra di leher sang cowok, seolah-olah, kalau meniru kata Pitbull dan Ne-Yo di lagu Give Me Everything (I accidentally heard this song this afternoon while I was in an apparel store, and I couldn’t do anything but shook my head)… “we might not get tomorrow.”

Cukup lama saya memerhatikan pasangan itu sambil berpikir, betapa manusia sangat haus akan perasaan ingin dicintai, sampai kadang mereka melakukan apa pun supaya dahaga akan cinta itu terpuaskan. Berpelukan dan bermesraan di tempat umum hanya secuil bukti, betapa kebutuhan untuk dicintai itu adalah kebutuhan mendasar setiap manusia. Ketika mereka merasa dicintai, merasa lengkap bersama dengan orang yang – setidaknya, mereka yakini – mencintai mereka, mereka tidak peduli lagi akan hal-hal yang lain. Jadi tontonan orang? Bodo amat, yang penting gue dicintai.

Courtesy of http://abstract.desktopnexus.com/wallpaper/902678/comments/

Michelle McKinney Hammond, dalam bukunya How to be Found by The Man You’ve Been Looking For menulis salah satu paragraf paling menohok dari antara sekian banyak buku yang pernah saya baca, 

“No one should crucify herself for wanting love. The longing for love is a natural human emotion. It is a spiritual instinct, built into the center of our souls by the Author of love Himself: God. God also longs for love from all of His creation. He placed this hunger inside us to cause us to reach first for Him, and secondly for one another. We should desire to love and be loved. But the desire for love should not rule us to the point where we look for it in all the wrong places, trying to fulfill our longing with unhealthy alternatives, or becoming paralyzed by our yearning.”

Ya, Tuhan sendiri lah yang menempatkan hasrat untuk dicintai itu dalam diri kita, ketika Dia menciptakan kita. Tujuan-Nya adalah supaya hasrat itu membuat kita mencari Dia, sang kasih yang sejati, supaya kebutuhan untuk dicintai itu terpuaskan.

Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal. (Yeremia 31:3)

Kebutuhan untuk dicintai itu mungkin beberapa kali membuat kita mencari cinta di tempat yang salah. Kita berharap kepada orang atau hal yang kita tahu tidak akan bisa mengasihi kita seperti Dia mengasihi kita, but we still did it, didn’t we? Dan pada akhirnya, ketika kita dikecewakan, barulah kita mencari Dia dan bertanya, “Mengapa Engkau membiarkan aku disakiti?”. Padahal, kita sendiri lah yang membiarkan diri kita disakiti :(

Ada lagu baru dari band rohani favorit saya, Casting Crowns, yang berjudul The Well. Mungkin bisa dibilang lagu ini seperti curahan hati Tuhan, betapa Dia telah melakukan segala sesuatu untuk kita, menawarkan segalanya bagi kita, tapi kita masih saja mencari-cari di tempat yang salah. 


I have what you need, but you keep on searchin,
I've done all the work, but you keep on workin,
When you're runnin on empty, and you can't find the remedy,
Just come to the well.

You can spend your whole life, chasin what's missing,
But that empty inside, it just ain't gonna listen.
When nothing can satisfy, and the world leaves you high and dry,
Just come to the well.

And all who thirst will thirst no more,
And all who search will find what their souls long for,
The world will try, but it can never fill,
So leave it all behind, and come to the well.

Yes, we can only find true love in Him. The world will try, our boyfriend/girlfriend/spouse may try, but they are humans, and it’s inevitably for them to hurt us sometimes, deliberately or not. So why don’t you just come to The Love Himself? Rest in His arms, and you’ll know… YOU ARE LOVED, with an unfailing, unconditional, and everlasting love :)

Comments

Popular posts from this blog

5566

Tahu grup 5566 *a.k.a double-five double-six , five-five six-six , or u-u-liu-liu * nggak? Itu lhoo… yang dulu pernah main serial drama Asia yang judulnya My MVP Valentine . Yang personelnya Tony Sun , Rio Peng, Zax Wang, Jason Hsu , sama Sam Wang. Nah, kemarin saya bongkar-bongkar kamar , dan… voila! Ketemu VCD karaoke lagu-lagu mereka! Terus iseng gitu kan nyetel di laptop, ehh... taunya masih bagus ! Dan hebringnya lagi, saya masih hafal kata-katanya! Tau deh pronounciationnya bener apa nggak, sudah dua tahun saya nggak menyentuh bahasa Mandarin sih Ahh... jadi kangen masa-masa nonton My MVP Valentine dulu. Jaman saya cinta-cintaan sama si mantan yang mirip salah satu personel 5566

Saya = Manohara?

Kemarin senyam-senyum karena baca wall dari Titish ini: Hihihi.. walaupun ada kata "agak"-nya, tapi teteeep saya merasa tersanjung sekali lho udah dibilang mirip sama Manohara *asal ga mirip nasibnya aja * Anyway, inilah tampang Manohara, emang mirip saya ya.. Berarti, saya nggak boleh jalan-jalan ke Malaysia nih, apalagi ke wilayah Kelantan, kan bahaya kalau Tengku Fakhry ngeliat terus naksir saya.. PS: buat yang nggak tau Manohara itu siapa, baca koran deeeh

FTV Brondong Lover

Kemarin baru dapat update dari SinemArt, FTV yang diangkat dari novel saya, Brondong Lover, udah selesai shooting! Sekarang FTV itu lagi dalam proses editing, lalu setelah ini bakal ditawarkan ke statiun-stasiun TV. Dan JANGAN TANYA kapan dan di stasiun TV mana FTV itu bakal ditayangin, karena saya juga belum tau Untuk pemain di FTV itu sendiri, so far saya juga cuma tau dua pemeran utamanya. Nasha, si tokoh utama dalam Brondong Lover, diperankan Pevita Pearce . Pevita adalah cewek blasteran Banjarmasin-Inggris, yang sebelumnya pernah main bareng Richard Kevin dalam film Lost in Love. Saya suka Pevita, karena di imajinasi saya tokoh Nasha juga mirip-mirip Pevita gini sih. Dan dari segi umur juga Pevita sebaya Nasha (Pevita aslinya berumur 16 tahun, sementara Nasha di buku saya berusia 18, nggak jauh-jauh amat lah bedanya) Terus, pemeran Dave, si brondong nyolot adalah Kevin Julio . Lucunya, nama panjang Kevin Julio kan Kevin Julio Chandra, sementara nama lengkap Dave itu Reynaldo D