Bulan
lalu, finance saya agak berat :p
Berhubung akhir Februari itu waktunya untuk bayar uang kuliah untuk semester berikutnya, dari awal bulan saya sudah bertekad, bahwa kalau bisa bulan Februari saya nggak ganggu ortu saya dengan minta biaya hidup banyak-banyak. Kalau bisa, biaya hidupnya nggak minta sama sekali deh, yang berarti… harus nyari duit sendiri.
Saya mulai menyusun rencana, kira-kira dari sumber mana saja saya bisa dapat pemasukan untuk membiayai hidup saya bulan itu. Berhubung saya bantuin teman saya jadi runner property agent (merekomendasikan orang-orang yang lagi cari kamar, rumah, dsb ke dia, dan kalau gol dapat komisi), saya menargetkan beberapa prospek klien saya bulan itu untuk gol. Saya juga menggadang-gadang novel terbaru saya kontraknya turun bulan Februari, supaya DP-nya juga bisa turun.
But, then… Tuhan berkehendak lain. Klien saya nggak ada yang gol sama sekali! :)) Dan perkiraan saya bahwa DP novel baru bakal turun bulan kemarin pun meleset. Lebih parah lagi, BlackBerry saya rusak (means bakal ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan), dan saya harus bayar biaya retreat untuk bulan April nanti.
Gile, stresnya nggak ketahan. Di luar mungkin orang lihat saya ceria, hahahihi, tapi dalam hati dan otak, saya sedang berpikir keras gimana caranya saya bisa survive bulan itu tanpa merepotkan orangtua saya dengan minta dikirimin duit.
And then I read the story of a woman who had been subject to bleeding for twelve years in Mark 5 : 24-31.
Dulu, saya sudah pernah bikin renungan tentang perikop ini di Banyak Orang Berdesak-Desakan Dekat-Mu, tapi memang inilah hebatnya Firman Tuhan itu… it teaches, rebukes, corrects, and trains you. Sekali waktu kamu membacanya, ia berbicara tentang satu hal kepadamu, dan di lain waktu, bagian Firman Tuhan yang sama bisa berbicara hal yang lain, seolah menyesuaikan diri dengan kondisimu! Bukan berarti Firman Tuhan nggak konsisten. Justru sebaliknya, dengan konsistensinya, Firman Tuhan bisa terus-menerus bicara pada kita, tidak peduli apa dan bagaimana pun kondisi kita, selama kita mau membuka hati dan telinga kita untuk mendengarkan.
Jadi, ayat inilah yang menegur saya:
Instead of getting better, she grew worse. PLAK! I could feel a slap on my cheek. Kok rasa-rasanya kenal ya, sama situasi ini? Sudah merencanakan sumber pemasukan dengan begitu detail, bukannya pemasukan bertambah sesuai rencana, justru ada pengeluaran-pengeluaran tak terduga.
Pertanyaannya, kenapa bisa begitu? Well, balik dulu ke awal ayat 26 tadi… “She had suffered a great deal under the care of many doctors”. Ke mana perempuan sakit ini pergi untuk mendapatkan kesembuhan, sebelum ia mendapatkannya dari Yesus? Tabib! Not to say that we are not allowed to see the doctor when we get sick, but… shouldn’t we suppose to come to Jesus first?
Waktu saya menyadari bahwa bulan lalu keuangan saya agak berat, kenapa saya nggak datang dulu pada-Nya, minta hikmat dan penyertaan-Nya, minta Dia mengangkat semua kekuatiran saya akan hal keuangan ini… SEBELUM saya merencanakan bahwa bulan ini saya bakal bisa dapat pemasukan dari sini-situ-sono? Bukankah Paulus menulis,
Segala keperluan saya akan dipenuhi dalam Kristus Yesus… bukan melalui rencana ini-itu yang saya tahu bisa saja meleset. Kenapa saya mengandalkan apa yang tidak pasti, saat saya tahu ada sosok pasti yang selalu bisa saya andalkan?
Saya bodoh sekali, karena sudah melupakan janji-Nya:
Untuk mendapat semuanya ditambahkan pada saya, seperti materi, berkat, kesehatan, dan sebagainya, saya harus mencari Allah dan kebenaran-Nya dahulu. Datang kepada-Nya dulu. Percaya kepada-Nya dulu. Bukan sebaliknya!
Yuk, jangan bikin kesalahan sama seperti saya, ya. Ada pergumulan apa pun, datang ke Tuhan dulu, jangan langsung buru-buru bikin menyusun rencana ini-itu untuk memperbaiki keadaan, but instead of getting better, the situation grew worse. Come to Jesus first, and you’ll know the next step you need to take. And just like the sick woman… you will be freed from your suffering (ayat 29).
Tuhan memberkati :)
Berhubung akhir Februari itu waktunya untuk bayar uang kuliah untuk semester berikutnya, dari awal bulan saya sudah bertekad, bahwa kalau bisa bulan Februari saya nggak ganggu ortu saya dengan minta biaya hidup banyak-banyak. Kalau bisa, biaya hidupnya nggak minta sama sekali deh, yang berarti… harus nyari duit sendiri.
Saya mulai menyusun rencana, kira-kira dari sumber mana saja saya bisa dapat pemasukan untuk membiayai hidup saya bulan itu. Berhubung saya bantuin teman saya jadi runner property agent (merekomendasikan orang-orang yang lagi cari kamar, rumah, dsb ke dia, dan kalau gol dapat komisi), saya menargetkan beberapa prospek klien saya bulan itu untuk gol. Saya juga menggadang-gadang novel terbaru saya kontraknya turun bulan Februari, supaya DP-nya juga bisa turun.
But, then… Tuhan berkehendak lain. Klien saya nggak ada yang gol sama sekali! :)) Dan perkiraan saya bahwa DP novel baru bakal turun bulan kemarin pun meleset. Lebih parah lagi, BlackBerry saya rusak (means bakal ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan), dan saya harus bayar biaya retreat untuk bulan April nanti.
Gile, stresnya nggak ketahan. Di luar mungkin orang lihat saya ceria, hahahihi, tapi dalam hati dan otak, saya sedang berpikir keras gimana caranya saya bisa survive bulan itu tanpa merepotkan orangtua saya dengan minta dikirimin duit.
And then I read the story of a woman who had been subject to bleeding for twelve years in Mark 5 : 24-31.
Courtesy of http://www.shannonsartroom.com/ |
Dulu, saya sudah pernah bikin renungan tentang perikop ini di Banyak Orang Berdesak-Desakan Dekat-Mu, tapi memang inilah hebatnya Firman Tuhan itu… it teaches, rebukes, corrects, and trains you. Sekali waktu kamu membacanya, ia berbicara tentang satu hal kepadamu, dan di lain waktu, bagian Firman Tuhan yang sama bisa berbicara hal yang lain, seolah menyesuaikan diri dengan kondisimu! Bukan berarti Firman Tuhan nggak konsisten. Justru sebaliknya, dengan konsistensinya, Firman Tuhan bisa terus-menerus bicara pada kita, tidak peduli apa dan bagaimana pun kondisi kita, selama kita mau membuka hati dan telinga kita untuk mendengarkan.
Jadi, ayat inilah yang menegur saya:
She had suffered a great deal under the care of many doctors and had spent all she had, yet instead of getting better she grew worse. (Mark 5 : 26 NIV)
Instead of getting better, she grew worse. PLAK! I could feel a slap on my cheek. Kok rasa-rasanya kenal ya, sama situasi ini? Sudah merencanakan sumber pemasukan dengan begitu detail, bukannya pemasukan bertambah sesuai rencana, justru ada pengeluaran-pengeluaran tak terduga.
Courtesy of http://theonlinecitizen.com/2011/12/incomes-growth-well-done-really/ |
Pertanyaannya, kenapa bisa begitu? Well, balik dulu ke awal ayat 26 tadi… “She had suffered a great deal under the care of many doctors”. Ke mana perempuan sakit ini pergi untuk mendapatkan kesembuhan, sebelum ia mendapatkannya dari Yesus? Tabib! Not to say that we are not allowed to see the doctor when we get sick, but… shouldn’t we suppose to come to Jesus first?
Waktu saya menyadari bahwa bulan lalu keuangan saya agak berat, kenapa saya nggak datang dulu pada-Nya, minta hikmat dan penyertaan-Nya, minta Dia mengangkat semua kekuatiran saya akan hal keuangan ini… SEBELUM saya merencanakan bahwa bulan ini saya bakal bisa dapat pemasukan dari sini-situ-sono? Bukankah Paulus menulis,
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Filipi 4 : 19)
Segala keperluan saya akan dipenuhi dalam Kristus Yesus… bukan melalui rencana ini-itu yang saya tahu bisa saja meleset. Kenapa saya mengandalkan apa yang tidak pasti, saat saya tahu ada sosok pasti yang selalu bisa saya andalkan?
Saya bodoh sekali, karena sudah melupakan janji-Nya:
Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6 : 33)
Untuk mendapat semuanya ditambahkan pada saya, seperti materi, berkat, kesehatan, dan sebagainya, saya harus mencari Allah dan kebenaran-Nya dahulu. Datang kepada-Nya dulu. Percaya kepada-Nya dulu. Bukan sebaliknya!
Yuk, jangan bikin kesalahan sama seperti saya, ya. Ada pergumulan apa pun, datang ke Tuhan dulu, jangan langsung buru-buru bikin menyusun rencana ini-itu untuk memperbaiki keadaan, but instead of getting better, the situation grew worse. Come to Jesus first, and you’ll know the next step you need to take. And just like the sick woman… you will be freed from your suffering (ayat 29).
Tuhan memberkati :)
Comments