Saat itu, Yesus sedang dalam perjalanan menuju rumah Yairus untuk menyembuhkan anak kepala rumah ibadat itu. Alkitab mencatat, “orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.” (Markus 5:24)
Di sana, ada perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Kita bisa bayangkan bagaimana orang yang sudah dua belas tahun sakit, pastilah selain kondisi fisik yang sudah lemah, dari segi materi sudah habis-habisan, secara mental pun ia sudah putus asa, mungkin sudah pasrah saja dengan kondisinya, sudah tak punya harapan.
Tapi perempuan ini tidak begitu. Ia sudah mendengar tentang Yesus, dan ketika ia bertemu muka dengan Yesus, ia memiliki pengharapan untuk sembuh. Ia bukan asal saja menyentuh jubah Yesus. Ia menyentuhnya dengan pengharapan dan iman yang luar biasa. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh,” katanya. Tidak mungkin kata-kata semacam itu meluncur dari bibir orang yang tidak sungguh-sungguh percaya!
Dan mujizat pun terjadi. Perempuan itu seketika sembuh, dan Yesus pun mengetahui, ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Yesus pun bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Murid-murid-Nya menjawab, "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" (Markus 5:25-31)
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa hanya perempuan itu saja yang sembuh ketika ia menyentuh jubah Yesus? Tidakkah di antara sekian banyak orang yang berdesak-desakan dekat-Nya mungkin ada juga orang yang sakit, yang juga menyentuh atau terkena jubah Yesus, tapi tidak mengalami kesembuhan?
Saya membayangkan, kalau perempuan yang sakit pendarahan ini saja sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, dan di tengah sakit parahnya pun ia tetap berusaha datang pada Yesus, pasti banyak juga orang-orang sakit lainnya yang datang jika mendengar Yesus ada di sana. Tapi mengapa hanya perempuan ini yang dicatat Alkitab mengalami mujizat kesembuhan?
Selama ini, mungkin kita pun seperti itu. Kita menjadi “orang-orang yang hanya berdesakan dekat Yesus”, tapi kita tidak sungguh-sungguh “menjamah jubah-Nya” dengan iman seperti yang dilakukan perempuan yang sakit pendarahan itu. Kita tidak mengalami kesembuhan, pemulihan, berkat, karena kita hanya sibuk berdesakan di dekat-Nya, tapi tidak benar-benar menggapai Dia. Kita sibuk dengan pelayanan, pekerjaan yang katanya untuk Tuhan, tapi hati kita tidak sungguh-sungguh berada pada-Nya. Dan sama seperti banyak orang yang berdesakan dengan-Nya itu... kita pun pada akhirnya tak menerima apa-apa.
Marilah mulai saat ini, kita tidak hanya “berdesak-desakan dekat-Nya”, tetapi sungguh-sungguh datang pada Yesus, “menjamah jubah-Nya” dengan iman dan pengharapan yang benar, seperti yang dilakukan oleh perempuan yang sakit pendarahan itu.
Tuhan memberkati :)
Di sana, ada perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan. Kita bisa bayangkan bagaimana orang yang sudah dua belas tahun sakit, pastilah selain kondisi fisik yang sudah lemah, dari segi materi sudah habis-habisan, secara mental pun ia sudah putus asa, mungkin sudah pasrah saja dengan kondisinya, sudah tak punya harapan.
Tapi perempuan ini tidak begitu. Ia sudah mendengar tentang Yesus, dan ketika ia bertemu muka dengan Yesus, ia memiliki pengharapan untuk sembuh. Ia bukan asal saja menyentuh jubah Yesus. Ia menyentuhnya dengan pengharapan dan iman yang luar biasa. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh,” katanya. Tidak mungkin kata-kata semacam itu meluncur dari bibir orang yang tidak sungguh-sungguh percaya!
Dan mujizat pun terjadi. Perempuan itu seketika sembuh, dan Yesus pun mengetahui, ada tenaga yang keluar dari diri-Nya. Yesus pun bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Murid-murid-Nya menjawab, "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" (Markus 5:25-31)
Mungkin kita bertanya-tanya, mengapa hanya perempuan itu saja yang sembuh ketika ia menyentuh jubah Yesus? Tidakkah di antara sekian banyak orang yang berdesak-desakan dekat-Nya mungkin ada juga orang yang sakit, yang juga menyentuh atau terkena jubah Yesus, tapi tidak mengalami kesembuhan?
Saya membayangkan, kalau perempuan yang sakit pendarahan ini saja sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, dan di tengah sakit parahnya pun ia tetap berusaha datang pada Yesus, pasti banyak juga orang-orang sakit lainnya yang datang jika mendengar Yesus ada di sana. Tapi mengapa hanya perempuan ini yang dicatat Alkitab mengalami mujizat kesembuhan?
Selama ini, mungkin kita pun seperti itu. Kita menjadi “orang-orang yang hanya berdesakan dekat Yesus”, tapi kita tidak sungguh-sungguh “menjamah jubah-Nya” dengan iman seperti yang dilakukan perempuan yang sakit pendarahan itu. Kita tidak mengalami kesembuhan, pemulihan, berkat, karena kita hanya sibuk berdesakan di dekat-Nya, tapi tidak benar-benar menggapai Dia. Kita sibuk dengan pelayanan, pekerjaan yang katanya untuk Tuhan, tapi hati kita tidak sungguh-sungguh berada pada-Nya. Dan sama seperti banyak orang yang berdesakan dengan-Nya itu... kita pun pada akhirnya tak menerima apa-apa.
Marilah mulai saat ini, kita tidak hanya “berdesak-desakan dekat-Nya”, tetapi sungguh-sungguh datang pada Yesus, “menjamah jubah-Nya” dengan iman dan pengharapan yang benar, seperti yang dilakukan oleh perempuan yang sakit pendarahan itu.
Tuhan memberkati :)
Comments