B’rikan ku hati seperti hati-Mu,
Yang penuh dengan belas kasihan...
Pernah mendengar lagu di atas? Pasti pernah. Saya juga pernah mendengarnya, berkali-kali. Tapi, baru di Bakti Sosial Pengobatan Gratis di Tosari kemarin, saya benar-benar merasakan apa yang dimaksud lagu ini.
Bakti Sosial Pengobatan Gratis itu dimulai kira-kira pukul sepuluh pagi di hari Minggu, bertempat di SMP-SMA Kr. Baithani, Tosari. Tersedia pemeriksaan gula darah, pap smear, anak, umum, gigi, hingga apotek, semuanya bebas biaya. Tadinya, panitia memperkirakan ada dua ratus peserta yang mengikuti baksos ini, tapi pada kenyataannya... lebih!
Dan sungguh tidak mudah mengatur orang sebanyak itu di tengah segala kerepotan (tambahkan: hawa dingin yang menusuk, keletihan, kepanikan akibat mobile clinic yang akan digunakan untuk pemeriksaan gigi dan persediaan obat untuk apotek yang datang sangat terlambat karena... nyasar). Contoh sederhana saja: antrean peserta. Banyak yang berebut ingin periksa duluan, ada yang bingung karena ingin periksa gigi dan umum padahal polinya berbeda, dan sederet masalah lainnya. Dengan kepala puyeng karena peserta yang ingin ini-itu, masalah begini-begitu, anak-anak kecil yang menangis karena capek dengan antrean yang cukup panjang, rasa-rasanya kemarin saya sudah nyaris tak mampu untuk tetap menunjukkan kasih. Bawaannya senewen, panik, dsb.
Tapi lalu saya teringat lagu itu, dan bagaimana perasaan Yesus, ketika dua ribu tahun yang lalu, kemanapun Ia pergi, orang berbondong-bondong mengikutinya, berebut minta disembuhkan. Pasti ada juga tangisan anak kecil, debu yang beterbangan, terik matahari, keletihan akibat berjalan kaki sedemikian jauh... Saya yakin, meski pada masa itu tidak ada kepanikan akibat mobile clinic yang datang terlambat karena nyasar, sudah ada cukup banyak kerepotan.
Murid-murid Yesus pun seringkali “stres” diperhadapkan dengan situasi semacam ini. Mereka:
• Berkata, "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" (Matius 15:33) ketika Yesus menyuruh memberi orang banyak makan.
• Memarahi orang-orang yang membawa anak kecil ke hadapan Yesus. (Matius 19:13)
Bingung, marah, dan panik, adalah reaksi yang seringkali ditunjukkan oleh murid-murid Yesus ketika menghadapi orang banyak. Tapi sesering murid-muridnya bingung, marah dan panik, sesering itu jugalah Yesus menunjukkan belas kasihannya kepada orang-orang yang meminta disembuhkan itu. (Matius 14:14, 15:32, 20:34)
Ada kalanya, dalam pelayanan (terutama yang berhubungan dengan menghadapi banyak orang), kita menjadi seperti murid-murid Yesus. Kita bingung, marah, dan panik. Tapi, ingatlah selalu apa yang dilakukan Yesus. Ingatlah juga untuk meminta hati seperti hati-Nya yang penuh dengan belas kasihan, supaya orang-orang yang kita layani sungguh dapat merasakan kasih Tuhan melalui pelayanan yang kita lakukan.
“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” (Matius 12:7)
Tuhan memberkati :)
PS: Thanks buat Rio atas foto-fotonya :)
Yang penuh dengan belas kasihan...
Pernah mendengar lagu di atas? Pasti pernah. Saya juga pernah mendengarnya, berkali-kali. Tapi, baru di Bakti Sosial Pengobatan Gratis di Tosari kemarin, saya benar-benar merasakan apa yang dimaksud lagu ini.
Bakti Sosial Pengobatan Gratis itu dimulai kira-kira pukul sepuluh pagi di hari Minggu, bertempat di SMP-SMA Kr. Baithani, Tosari. Tersedia pemeriksaan gula darah, pap smear, anak, umum, gigi, hingga apotek, semuanya bebas biaya. Tadinya, panitia memperkirakan ada dua ratus peserta yang mengikuti baksos ini, tapi pada kenyataannya... lebih!
Dan sungguh tidak mudah mengatur orang sebanyak itu di tengah segala kerepotan (tambahkan: hawa dingin yang menusuk, keletihan, kepanikan akibat mobile clinic yang akan digunakan untuk pemeriksaan gigi dan persediaan obat untuk apotek yang datang sangat terlambat karena... nyasar). Contoh sederhana saja: antrean peserta. Banyak yang berebut ingin periksa duluan, ada yang bingung karena ingin periksa gigi dan umum padahal polinya berbeda, dan sederet masalah lainnya. Dengan kepala puyeng karena peserta yang ingin ini-itu, masalah begini-begitu, anak-anak kecil yang menangis karena capek dengan antrean yang cukup panjang, rasa-rasanya kemarin saya sudah nyaris tak mampu untuk tetap menunjukkan kasih. Bawaannya senewen, panik, dsb.
Tapi lalu saya teringat lagu itu, dan bagaimana perasaan Yesus, ketika dua ribu tahun yang lalu, kemanapun Ia pergi, orang berbondong-bondong mengikutinya, berebut minta disembuhkan. Pasti ada juga tangisan anak kecil, debu yang beterbangan, terik matahari, keletihan akibat berjalan kaki sedemikian jauh... Saya yakin, meski pada masa itu tidak ada kepanikan akibat mobile clinic yang datang terlambat karena nyasar, sudah ada cukup banyak kerepotan.
Murid-murid Yesus pun seringkali “stres” diperhadapkan dengan situasi semacam ini. Mereka:
• Berkata, "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" (Matius 15:33) ketika Yesus menyuruh memberi orang banyak makan.
• Memarahi orang-orang yang membawa anak kecil ke hadapan Yesus. (Matius 19:13)
Bingung, marah, dan panik, adalah reaksi yang seringkali ditunjukkan oleh murid-murid Yesus ketika menghadapi orang banyak. Tapi sesering murid-muridnya bingung, marah dan panik, sesering itu jugalah Yesus menunjukkan belas kasihannya kepada orang-orang yang meminta disembuhkan itu. (Matius 14:14, 15:32, 20:34)
Ada kalanya, dalam pelayanan (terutama yang berhubungan dengan menghadapi banyak orang), kita menjadi seperti murid-murid Yesus. Kita bingung, marah, dan panik. Tapi, ingatlah selalu apa yang dilakukan Yesus. Ingatlah juga untuk meminta hati seperti hati-Nya yang penuh dengan belas kasihan, supaya orang-orang yang kita layani sungguh dapat merasakan kasih Tuhan melalui pelayanan yang kita lakukan.
“Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” (Matius 12:7)
Tuhan memberkati :)
PS: Thanks buat Rio atas foto-fotonya :)
Comments