Ini kejadian saat Natal lalu.
Tanggal 25 malam, pulang dari Gereja dan mall sama Mama & Willy, saya nonton Harry Potter and the Goblet of Fire di Trans TV. Berhubung Harry Potter-nya cukup panjang, dan diputarnya udah malam juga, saya ngantuk dan ketiduran di depan TV. Saya tidur pakai bantal sofa.
Menjelang tengah malam, saya terbangun. Kaget karena digigit nyamuk dan leher terasa sakit. "Duh, bantal sofanya keras banget sih ya, leher jadi nggak enak," saya ngedumel.
Habis itu, saya sikat gigi, lalu pindah tidur di kamar. Begitu kepala menyentuh bantal tidur saya, OMG... ini baru namanya bantal! Enak dan nyaman banget!
Saya sudah setengah tidur, waktu pikiran ini mendadak menyerbu: dulu, Tuhan Yesus waktu lahir bantalnya apa ya? Kayu palungan (tempat memberi makan binatang), yang pastinya keras sekali *lebih keras dari bantal sofa yang udah membuat leher saya sakit!*, dan... bau. Padahal Dia Raja segala raja. Dan Dia masih bayi, yang pasti kepala-Nya masih lembut dan butuh bantal yang lembut juga.
Dan pikiran itu berlanjut: udara yang pertama dihirup-Nya seperti apa ya? Oh, aroma kotoran hewan, karena Dia lahir di kandang binatang. Pakaian apa yang pertama membalut tubuh-Nya saat Ia lahir? Kain lampin, yang sangat kasar. Padahal Dia Anak Allah, Dia yang punya dunia ini.
Lalu kenapa Dia mau merendah begitu rupa? Because He loves us. Ia “…telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7).
Teringat itu, saya langsung bangun, duduk di tempat tidur, dan berdoa. Bersyukur atas kasih-Nya pada saya.
Thank you, Jesus, for all your love for me. Thank you for all the sacrifices. I Love You
Tanggal 25 malam, pulang dari Gereja dan mall sama Mama & Willy, saya nonton Harry Potter and the Goblet of Fire di Trans TV. Berhubung Harry Potter-nya cukup panjang, dan diputarnya udah malam juga, saya ngantuk dan ketiduran di depan TV. Saya tidur pakai bantal sofa.
Menjelang tengah malam, saya terbangun. Kaget karena digigit nyamuk dan leher terasa sakit. "Duh, bantal sofanya keras banget sih ya, leher jadi nggak enak," saya ngedumel.
Habis itu, saya sikat gigi, lalu pindah tidur di kamar. Begitu kepala menyentuh bantal tidur saya, OMG... ini baru namanya bantal! Enak dan nyaman banget!
Saya sudah setengah tidur, waktu pikiran ini mendadak menyerbu: dulu, Tuhan Yesus waktu lahir bantalnya apa ya? Kayu palungan (tempat memberi makan binatang), yang pastinya keras sekali *lebih keras dari bantal sofa yang udah membuat leher saya sakit!*, dan... bau. Padahal Dia Raja segala raja. Dan Dia masih bayi, yang pasti kepala-Nya masih lembut dan butuh bantal yang lembut juga.
Dan pikiran itu berlanjut: udara yang pertama dihirup-Nya seperti apa ya? Oh, aroma kotoran hewan, karena Dia lahir di kandang binatang. Pakaian apa yang pertama membalut tubuh-Nya saat Ia lahir? Kain lampin, yang sangat kasar. Padahal Dia Anak Allah, Dia yang punya dunia ini.
Lalu kenapa Dia mau merendah begitu rupa? Because He loves us. Ia “…telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7).
Teringat itu, saya langsung bangun, duduk di tempat tidur, dan berdoa. Bersyukur atas kasih-Nya pada saya.
Thank you, Jesus, for all your love for me. Thank you for all the sacrifices. I Love You
Comments