Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman saya men-share refleksi yang sangat bagus via message di Facebook. Ia sedang membaca kitab Nehemia, ketika menemukan beberapa hal yang sangat menarik (dan bikin saya jadi tertarik juga, hingga memutuskan meminta izinnya untuk men-share ulang sekaligus menambahkan beberapa hal setelah membaca ulang kitab Nehemia):
1. Nehemia bukanlah nabi atau imam, ia seorang juru minuman raja (Nehemia 1:11b), tapi Tuhan menaruh beban dalam hatinya, untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang telah roboh.
Pada zaman dahulu, tiap kota dilindungi oleh sebuah tembok kokoh yang dibangun mengelilingi kota itu. Fungsi utama sebuah tembok sudah jelas, untuk keamanan kota, untuk melindungi kota tersebut dari ancaman akan serangan musuh. Tapi, ada fungsi lain yang seringkali tidak kasat mata, yaitu… pride. Kebanggaan. Harga diri. Jika tembok sebuah kota berdiri kokoh, itu bisa menjadi indikasi bahwa kota tersebut aman, tentram, dan kuat. Namun jika temboknya hancur, sudah tentu harga diri penduduknya ikut hancur bersama dengan tembok kotanya.
Nah, tembok yang punya fungsi – baik secara solid mau pun abstrak itu – pastilah sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa Israel. Dan kini mereka ingin membangun kembali temboknya. Tapi lha kok ya… yang disuruh memimpin “cuma” seorang juru minuman raja? Apa nggak salah?
Sekarang gini aja, bayangkan Surabaya masih bertembok seperti Yerusalem, dan suatu ketika tembok itu runtuh. Terus ujug-ujug seorang barista Starbucks, lengkap dengan celemek berlogo Starbucksnya itu, datang menghadap seluruh penduduk kota dan bilang, “Halo, Tuhan menyuruh saya untuk memimpin membangun kembali tembok kota.” Bakal percaya nggak lu? Yang ada kita bilang ke si barista, “Ngigo, ya? Balik bikin kopi, sana!”
Tapi Tuhan, yang berfirman bahwa rancangan-Nya bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan-Nya, sungguh memilih sang juru minuman ini, menaruh beban dalam hatinya supaya ia kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali tembok yang roboh itu.
Apa yang kita dapat dari sini? Orang-orang yang bekerja di bidang sekuler (masih ingat apa pekerjaan Nehemia? Bukan nabi, bukan imam, tapi juru minuman raja. Jauh banget deh dari bidang rohani!) juga bisa dipakai Tuhan untuk memuliakan nama-Nya.
Kalau kamu merasa pekerjaanmu saat ini kurang maksimal dalam memuliakan Tuhan hanya karena nggak berhubungan dengan bidang rohani, berpikirlah lagi. Apapun juga yang kamu kerjakan dengan sepenuh hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia, pasti memuliakan nama-Nya. Lagian, kalau semua orang jadi pendeta atau penginjil, siapa yang mau jadi jemaat? :p
2. Nehemia tidak serta merta menghadap Raja Artahsasta untuk minta izin pulang ke Yerusalem ketika ia mendengar tembok Yerusalem roboh. Ia menerima kabar pada bulan Kislew, tetapi baru mengutarakan keinginannya pada Raja pada bulan Nisan. Ada rentang waktu di mana Nehemia sungguh-sungguh berdoa dan bergumul akan rencana ini. Segala sesuatu tidak bisa didapat dengan instan. Perlu waktu dan pergumulan panjang.
Ada satu doa yang sangat bagus, yang saya dapat dari Kalender 365 Everyday Prayers:
Kadang, rencana kita tidak gagal. Tuhan hanya ingin memberikan kita rentang waktu untuk kita sungguh-sungguh berdoa dan bergumul, sebelum akhirnya ia berkata “Ya!”.
3. Kenapa Nehemia bisa berhasil membangun kembali tembok Yerusalem?
Well, pertama sudah jelas, tujuan membangun kembali tembok Yerusalem adalah untuk mengagungkan nama Tuhan. Jika Tuhan menaruh suatu beban atau kerinduan dalam hati kita, dan tujuan dari hal itu adalah untuk memuliakan nama-Nya, He surely will help. Whatever God wants us to do, He takes responsibility for providing for it to be done.
Nehemia sendiri mengakui, pada titik awal perjalanan panjangnya, di mana ia harus minta izin pada Raja Artahsasta untuk kembali ke Yerusalem, Raja mengabulkan permintaannya “karena tangan Allahku yang murah melindungi aku.” (Nehemia 2:8) See? Semua hanya karena campur tangan Tuhan.
Kedua, dalam melakukan pekerjaannya, Nehemia menghadapi cukup banyak kesulitan, tapi yang pertama dilakukannya saat menemui kesulitan adalah mencari Tuhan. Saya mencatat setidaknya dua kali Nehemia berdoa saat menghadapi kesulitan:
• Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit… (2:4)
• Tetapi kami berdoa kepada Allah kami… (4:9)
Ketiga, Nehemia benar-benar mengandalkan Tuhan:
• Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat… (4:14)
• Allah kita akan berperang bagi kita! (4:20)
Keempat, Nehemia – ketika diangkat menjadi bupati Yehuda – tidak melakukan kecurangan seperti yang dilakukan para bupati sebelumnya, dan tidak melakukan hal-hal yang memberatkan beban rakyat, karena ia takut akan Tuhan (5:15d).
Kelima, seluruh orang yang bekerja di bawah perintah Nehemia dihina dan disakiti hatinya, “tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.” (4:6)
Ingin rencanamu berhasil? Pastikan rencana itu adalah untuk mengagungkan nama Tuhan, dan kamu melaksanakannya dengan mencari Tuhan, mengandalkan Tuhan, takut akan Tuhan, dan bekerja dengan segenap hati.
Tuhan memberkati :)
PS: Thanks to Rio for shared and permitted me to re-post this note :)
1. Nehemia bukanlah nabi atau imam, ia seorang juru minuman raja (Nehemia 1:11b), tapi Tuhan menaruh beban dalam hatinya, untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang telah roboh.
Pada zaman dahulu, tiap kota dilindungi oleh sebuah tembok kokoh yang dibangun mengelilingi kota itu. Fungsi utama sebuah tembok sudah jelas, untuk keamanan kota, untuk melindungi kota tersebut dari ancaman akan serangan musuh. Tapi, ada fungsi lain yang seringkali tidak kasat mata, yaitu… pride. Kebanggaan. Harga diri. Jika tembok sebuah kota berdiri kokoh, itu bisa menjadi indikasi bahwa kota tersebut aman, tentram, dan kuat. Namun jika temboknya hancur, sudah tentu harga diri penduduknya ikut hancur bersama dengan tembok kotanya.
Nah, tembok yang punya fungsi – baik secara solid mau pun abstrak itu – pastilah sesuatu yang sangat berharga bagi bangsa Israel. Dan kini mereka ingin membangun kembali temboknya. Tapi lha kok ya… yang disuruh memimpin “cuma” seorang juru minuman raja? Apa nggak salah?
Sekarang gini aja, bayangkan Surabaya masih bertembok seperti Yerusalem, dan suatu ketika tembok itu runtuh. Terus ujug-ujug seorang barista Starbucks, lengkap dengan celemek berlogo Starbucksnya itu, datang menghadap seluruh penduduk kota dan bilang, “Halo, Tuhan menyuruh saya untuk memimpin membangun kembali tembok kota.” Bakal percaya nggak lu? Yang ada kita bilang ke si barista, “Ngigo, ya? Balik bikin kopi, sana!”
Tapi Tuhan, yang berfirman bahwa rancangan-Nya bukanlah rancangan kita, dan jalan kita bukanlah jalan-Nya, sungguh memilih sang juru minuman ini, menaruh beban dalam hatinya supaya ia kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali tembok yang roboh itu.
Apa yang kita dapat dari sini? Orang-orang yang bekerja di bidang sekuler (masih ingat apa pekerjaan Nehemia? Bukan nabi, bukan imam, tapi juru minuman raja. Jauh banget deh dari bidang rohani!) juga bisa dipakai Tuhan untuk memuliakan nama-Nya.
Kalau kamu merasa pekerjaanmu saat ini kurang maksimal dalam memuliakan Tuhan hanya karena nggak berhubungan dengan bidang rohani, berpikirlah lagi. Apapun juga yang kamu kerjakan dengan sepenuh hatimu seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia, pasti memuliakan nama-Nya. Lagian, kalau semua orang jadi pendeta atau penginjil, siapa yang mau jadi jemaat? :p
2. Nehemia tidak serta merta menghadap Raja Artahsasta untuk minta izin pulang ke Yerusalem ketika ia mendengar tembok Yerusalem roboh. Ia menerima kabar pada bulan Kislew, tetapi baru mengutarakan keinginannya pada Raja pada bulan Nisan. Ada rentang waktu di mana Nehemia sungguh-sungguh berdoa dan bergumul akan rencana ini. Segala sesuatu tidak bisa didapat dengan instan. Perlu waktu dan pergumulan panjang.
Ada satu doa yang sangat bagus, yang saya dapat dari Kalender 365 Everyday Prayers:
Kadang, rencana kita tidak gagal. Tuhan hanya ingin memberikan kita rentang waktu untuk kita sungguh-sungguh berdoa dan bergumul, sebelum akhirnya ia berkata “Ya!”.
3. Kenapa Nehemia bisa berhasil membangun kembali tembok Yerusalem?
Well, pertama sudah jelas, tujuan membangun kembali tembok Yerusalem adalah untuk mengagungkan nama Tuhan. Jika Tuhan menaruh suatu beban atau kerinduan dalam hati kita, dan tujuan dari hal itu adalah untuk memuliakan nama-Nya, He surely will help. Whatever God wants us to do, He takes responsibility for providing for it to be done.
Nehemia sendiri mengakui, pada titik awal perjalanan panjangnya, di mana ia harus minta izin pada Raja Artahsasta untuk kembali ke Yerusalem, Raja mengabulkan permintaannya “karena tangan Allahku yang murah melindungi aku.” (Nehemia 2:8) See? Semua hanya karena campur tangan Tuhan.
Kedua, dalam melakukan pekerjaannya, Nehemia menghadapi cukup banyak kesulitan, tapi yang pertama dilakukannya saat menemui kesulitan adalah mencari Tuhan. Saya mencatat setidaknya dua kali Nehemia berdoa saat menghadapi kesulitan:
• Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit… (2:4)
• Tetapi kami berdoa kepada Allah kami… (4:9)
Ketiga, Nehemia benar-benar mengandalkan Tuhan:
• Jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat… (4:14)
• Allah kita akan berperang bagi kita! (4:20)
Keempat, Nehemia – ketika diangkat menjadi bupati Yehuda – tidak melakukan kecurangan seperti yang dilakukan para bupati sebelumnya, dan tidak melakukan hal-hal yang memberatkan beban rakyat, karena ia takut akan Tuhan (5:15d).
Kelima, seluruh orang yang bekerja di bawah perintah Nehemia dihina dan disakiti hatinya, “tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.” (4:6)
Ingin rencanamu berhasil? Pastikan rencana itu adalah untuk mengagungkan nama Tuhan, dan kamu melaksanakannya dengan mencari Tuhan, mengandalkan Tuhan, takut akan Tuhan, dan bekerja dengan segenap hati.
Tuhan memberkati :)
PS: Thanks to Rio for shared and permitted me to re-post this note :)
Comments