Sebelumnya, daripada semua bingung, akan saya jelaskan dulu siapa “Mbak Jejen” ini.
“Jejen” adalah panggilan (sok) akrab saya dan teman-teman saya kepada Mbak Jennifer Jasmine Kurniawan, atau yang lebih dikenal dengan nama (twitter) Jennifer Bachdim.
Yup, dia adalah (mantan) pacar dari pentolan timnas kita, Irfan Bachdim.
Buat yang belum kenal atau belum pernah lihat Mbak Jejen ini, mohon disimak dulu fotonya... :p
Lalu, apa hubungan saya dengan Mbak Jejen ini?
Ehem, sejauh ini... sudah 1194 orang yang bilang saya mirip dengan Mbak Jejen.
Eh... nggak sebanyak itu sih. Tapi pokoknya BANYAK. Jauh lebih banyak daripada orang yang bilang saya mirip Manohara dulu (tapi, percayalah, semirip apapun saya sama Mano, saya NGGAK AKAN PERNAH MAU seandainya disuruh menjadi stuntwoman Mano di sinetron Supergirl itu :p).
Nah, back to Mbak Jejen, satu-satunya perbedaan mencolok saya dan dia (selain nasib, huehehe) adalah... ukuran bodi.
Udah lihat sendiri kan, bagaimana bohay bin seksoy-nya Mbak Jejen? Yah, tentu saja karena doi model di Jerman sono, nggak fair kalau dibandingin sama saya. Tapi tentu saja, kalau muke udah mirip, alangkah baiknya bodi juga mirip, siapa tau nasib ntar juga mirip! *apasih*
Dan kebetulan, beberapa bulan lalu saya sedang gendut-gendutnya. Mama saya sampai gemes sendiri... hingga pada akhirnya mendaftarkan saya di Celebrity Fitness. Bukan hanya didaftarkan fitness, saya juga didaftarkan program PT alias personal trainer!
Jujur aja ya, pertama tahu didaftarin, saya mencak-mencak. Sempat “perang dingin” alias nggak ngomong sama Mama selama beberapa hari. Selain sedikit bete karena beberapa kali beli baju tapi nggak ada ukurannya, saya happy kok sama bodi saya dulu, kenapa harus Mama yang repot?
Tapi apa daya, berhubung sudah didaftarkan (dan program PT 30 sesi yang diambil Mama saya ternyata mahalnya nauzubilah), saya akhirnya fitness juga.
Pertama kali fitness... saya nyaris pingsan.
Saya izin sama PT saya ke toilet, bilangnya sakit perut, padahal saya menggeletakkan diri di depan deretan loker, karena sempoyongan. HAHAHA. PT saya nggak tahu akan hal tersebut, sampai detik ini. *tolong ya Tuhan, jangan sampai dia membaca postingan ini juga...*
Tapi syukurlah, itu cuma terjadi di sesi pertama. Sesi-sesi berikutnya saya lancar jaya, dan makin terbiasa. Puji Tuhan juga, PT saya orangnya buaiiiiiik banget. Sabar dan konsisten. Dan meski cowok, dia nggak genit atau kemayu. Pokoknya top markotop lah orangnya! *kalau yang ini, semoga dia baca, jadi saya dapat free session tambahan. MUAHAHAHA!*
Nah, apalah gunanya fitness kalau makannya nggak dijaga? Jadi, mulai minggu kedua fitness, PT saya memberikan pengaturan pola makan. Untuk nasi, saya hanya boleh makan nasi merah. Untuk roti, cuma boleh roti gandum. Untuk mie, pasta, spaghetti, dan sodara-sodaranya, udah nggak boleh sama sekali. Gorengan juga, pantang besar!
Minggu ketiga, saya mulai nggak makan nasi dan roti sama sekali, bahkan nasi merah dan roti gandum pun nggak. Sebagai gantinya, saya makan sayur dan buah, lima kali sehari. Jam makan saya: jam 7 dan 10 pagi, jam 12 siang, jam 4 sore, dan jam 7 malam. Karbohidrat yang saya asup hanya singkong, ubi, dan kentang rebus.
Pertamanya saya sempat kuatir: masih bisakah saya hidup dengan makanan sejenis itu??? *lebay* Saya kan karnivora kelas kakap, tiba-tiba disuruh jadi semi-herbivora (saya masih boleh makan daging, asal cara pengolahannya tidak dengan digoreng) gitu, mana mungkin?
But, it’s true that you never knew your limit until you try.
Sampai saat ini saya masih baik-baik saja. Dan malah eneg kalau kebanyakan makan daging :p Ditambah lagi, saya merasa sayang kalau fitness saya jadi sia-sia hanya karena makanan saya nggak dikontrol. Tiap mau nyerah terhadap godaan makanan, saya teringat program PT yang mahalnya minta ampyun itu, dan juga... bodi Mbak Jejen.
Sebagaimana Mbak Jejen, saya pun punya (setitik, udah penghabisan, malah) darah Kaukasia, yang mengakibatkan yah... tulang saya besar, dan beberapa bagian tubuh cukup, err... berisi. Tapi, kalau Mbak Jejen pinggang dan pahanya ramping, saya nggak -_-
Maka, sayapun berniat untuk bisa punya pinggang dan paha yang kencang seperti itu. Saya nggak mau kurus, juga nggak mau kekar. Saya mau kencang. Dan padat.
Baiklah, ini beberapa contoh makanan yang saya cerna selama 1,5 bulan ini:
Fresh garden salad. Isinya selada, paprika, wortel, dan bawang bombay, dengan saus thousand island. Sekarang kalau ke KFC makannya ini :p
Gindara teriyaki at Goota. Ikan gindara yang dipanggang dengan saus teriyaki, nyam!
Cah sawi putih dengan telur dan udang. Masakan sayur favoritku!
Edamame (nama Indonesianya apa ya? Kacang polong?) rebus. Gurih dan full protein! ;)
Igor's Nicoise Salad! Aneka sayuran dengan tomat, kentang, ikan tuna, dan telur, pakai dressing olive oil. You HAVE to try!
Ini cah buncis, lalu salad melon, pir, dan kiwi dengan yogurt rasa green tea. Ditambah satu buah apel manalagi. It's a green attack! :D
Kanimayo Salad at Sushi Tei! Salad kepiting, selada, wortel, dan tomat dengan mayones dan perasan jeruk lemon. Mayonesnya sebenernya nggak boleh sih.. Ini saya agak khilaf :(
Tomato-onion omelette, cooked with olive oil. Even five star hotel restaurant's couldn't beat my mom's! :)
Igor's Almond Pudding. Egg free and sugar free!
Last but not least: salad alpukat, jeruk, dan stroberi, dengan tropical fruits yoghurt! The best combination! :D
See, saya tetap bisa makan enak, kan? Mengatur pola makan itu nggak berarti jadi menyiksa diri dan menderita lho :)
Ada dua nasihat PT saya yang paling saya ingat:
1. JANGAN PERNAH coba-coba nggak makan sama sekali. Bukannya kurus, yang kamu dapat hanyalah kepala cenat-cenut, dan pingsan kalau mau coba olahraga dengan perut kosong. Yang lebih gawat, ketika makan lagi kamu akan sangat kalap, dan justru makan berkali lipat lebih banyak dari yang biasanya. Akibatnya? Malah jadi tambah gembul!
2. Untuk mendapatkan berat ideal, harus atur pola makan DAN olahraga. Perbandingannya 60% - 40%. Jaga makan tanpa olahraga? Kurang efektif. Olahraga tanpa jaga makan? Useless!
“Demi bodi Jejen” ini hanya sebagai motivasi saja, buat lucu-lucuan doang. Intinya sih saya kepengen tubuh yang lebih sehat, lebih lincah, dan tentu saja lebih gampang dicari ukurannya setiap beli baju, hehehe.
Doakan saya ya, agar target bisa tercapai :) So far, in 6 weeks, I’ve lost 6,2 kgs ;)
And you know what? It feels GREAT!
“Jejen” adalah panggilan (sok) akrab saya dan teman-teman saya kepada Mbak Jennifer Jasmine Kurniawan, atau yang lebih dikenal dengan nama (twitter) Jennifer Bachdim.
Yup, dia adalah (mantan) pacar dari pentolan timnas kita, Irfan Bachdim.
Buat yang belum kenal atau belum pernah lihat Mbak Jejen ini, mohon disimak dulu fotonya... :p
Lalu, apa hubungan saya dengan Mbak Jejen ini?
Ehem, sejauh ini... sudah 1194 orang yang bilang saya mirip dengan Mbak Jejen.
Eh... nggak sebanyak itu sih. Tapi pokoknya BANYAK. Jauh lebih banyak daripada orang yang bilang saya mirip Manohara dulu (tapi, percayalah, semirip apapun saya sama Mano, saya NGGAK AKAN PERNAH MAU seandainya disuruh menjadi stuntwoman Mano di sinetron Supergirl itu :p).
Nah, back to Mbak Jejen, satu-satunya perbedaan mencolok saya dan dia (selain nasib, huehehe) adalah... ukuran bodi.
Udah lihat sendiri kan, bagaimana bohay bin seksoy-nya Mbak Jejen? Yah, tentu saja karena doi model di Jerman sono, nggak fair kalau dibandingin sama saya. Tapi tentu saja, kalau muke udah mirip, alangkah baiknya bodi juga mirip, siapa tau nasib ntar juga mirip! *apasih*
Dan kebetulan, beberapa bulan lalu saya sedang gendut-gendutnya. Mama saya sampai gemes sendiri... hingga pada akhirnya mendaftarkan saya di Celebrity Fitness. Bukan hanya didaftarkan fitness, saya juga didaftarkan program PT alias personal trainer!
Jujur aja ya, pertama tahu didaftarin, saya mencak-mencak. Sempat “perang dingin” alias nggak ngomong sama Mama selama beberapa hari. Selain sedikit bete karena beberapa kali beli baju tapi nggak ada ukurannya, saya happy kok sama bodi saya dulu, kenapa harus Mama yang repot?
Tapi apa daya, berhubung sudah didaftarkan (dan program PT 30 sesi yang diambil Mama saya ternyata mahalnya nauzubilah), saya akhirnya fitness juga.
Pertama kali fitness... saya nyaris pingsan.
Saya izin sama PT saya ke toilet, bilangnya sakit perut, padahal saya menggeletakkan diri di depan deretan loker, karena sempoyongan. HAHAHA. PT saya nggak tahu akan hal tersebut, sampai detik ini. *tolong ya Tuhan, jangan sampai dia membaca postingan ini juga...*
Tapi syukurlah, itu cuma terjadi di sesi pertama. Sesi-sesi berikutnya saya lancar jaya, dan makin terbiasa. Puji Tuhan juga, PT saya orangnya buaiiiiiik banget. Sabar dan konsisten. Dan meski cowok, dia nggak genit atau kemayu. Pokoknya top markotop lah orangnya! *kalau yang ini, semoga dia baca, jadi saya dapat free session tambahan. MUAHAHAHA!*
Nah, apalah gunanya fitness kalau makannya nggak dijaga? Jadi, mulai minggu kedua fitness, PT saya memberikan pengaturan pola makan. Untuk nasi, saya hanya boleh makan nasi merah. Untuk roti, cuma boleh roti gandum. Untuk mie, pasta, spaghetti, dan sodara-sodaranya, udah nggak boleh sama sekali. Gorengan juga, pantang besar!
Minggu ketiga, saya mulai nggak makan nasi dan roti sama sekali, bahkan nasi merah dan roti gandum pun nggak. Sebagai gantinya, saya makan sayur dan buah, lima kali sehari. Jam makan saya: jam 7 dan 10 pagi, jam 12 siang, jam 4 sore, dan jam 7 malam. Karbohidrat yang saya asup hanya singkong, ubi, dan kentang rebus.
Pertamanya saya sempat kuatir: masih bisakah saya hidup dengan makanan sejenis itu??? *lebay* Saya kan karnivora kelas kakap, tiba-tiba disuruh jadi semi-herbivora (saya masih boleh makan daging, asal cara pengolahannya tidak dengan digoreng) gitu, mana mungkin?
But, it’s true that you never knew your limit until you try.
Sampai saat ini saya masih baik-baik saja. Dan malah eneg kalau kebanyakan makan daging :p Ditambah lagi, saya merasa sayang kalau fitness saya jadi sia-sia hanya karena makanan saya nggak dikontrol. Tiap mau nyerah terhadap godaan makanan, saya teringat program PT yang mahalnya minta ampyun itu, dan juga... bodi Mbak Jejen.
Sebagaimana Mbak Jejen, saya pun punya (setitik, udah penghabisan, malah) darah Kaukasia, yang mengakibatkan yah... tulang saya besar, dan beberapa bagian tubuh cukup, err... berisi. Tapi, kalau Mbak Jejen pinggang dan pahanya ramping, saya nggak -_-
Maka, sayapun berniat untuk bisa punya pinggang dan paha yang kencang seperti itu. Saya nggak mau kurus, juga nggak mau kekar. Saya mau kencang. Dan padat.
Baiklah, ini beberapa contoh makanan yang saya cerna selama 1,5 bulan ini:
Fresh garden salad. Isinya selada, paprika, wortel, dan bawang bombay, dengan saus thousand island. Sekarang kalau ke KFC makannya ini :p
Gindara teriyaki at Goota. Ikan gindara yang dipanggang dengan saus teriyaki, nyam!
Cah sawi putih dengan telur dan udang. Masakan sayur favoritku!
Edamame (nama Indonesianya apa ya? Kacang polong?) rebus. Gurih dan full protein! ;)
Igor's Nicoise Salad! Aneka sayuran dengan tomat, kentang, ikan tuna, dan telur, pakai dressing olive oil. You HAVE to try!
Ini cah buncis, lalu salad melon, pir, dan kiwi dengan yogurt rasa green tea. Ditambah satu buah apel manalagi. It's a green attack! :D
Kanimayo Salad at Sushi Tei! Salad kepiting, selada, wortel, dan tomat dengan mayones dan perasan jeruk lemon. Mayonesnya sebenernya nggak boleh sih.. Ini saya agak khilaf :(
Tomato-onion omelette, cooked with olive oil. Even five star hotel restaurant's couldn't beat my mom's! :)
Igor's Almond Pudding. Egg free and sugar free!
Last but not least: salad alpukat, jeruk, dan stroberi, dengan tropical fruits yoghurt! The best combination! :D
See, saya tetap bisa makan enak, kan? Mengatur pola makan itu nggak berarti jadi menyiksa diri dan menderita lho :)
Ada dua nasihat PT saya yang paling saya ingat:
1. JANGAN PERNAH coba-coba nggak makan sama sekali. Bukannya kurus, yang kamu dapat hanyalah kepala cenat-cenut, dan pingsan kalau mau coba olahraga dengan perut kosong. Yang lebih gawat, ketika makan lagi kamu akan sangat kalap, dan justru makan berkali lipat lebih banyak dari yang biasanya. Akibatnya? Malah jadi tambah gembul!
2. Untuk mendapatkan berat ideal, harus atur pola makan DAN olahraga. Perbandingannya 60% - 40%. Jaga makan tanpa olahraga? Kurang efektif. Olahraga tanpa jaga makan? Useless!
“Demi bodi Jejen” ini hanya sebagai motivasi saja, buat lucu-lucuan doang. Intinya sih saya kepengen tubuh yang lebih sehat, lebih lincah, dan tentu saja lebih gampang dicari ukurannya setiap beli baju, hehehe.
Doakan saya ya, agar target bisa tercapai :) So far, in 6 weeks, I’ve lost 6,2 kgs ;)
And you know what? It feels GREAT!
Comments