Okay, quick
question! Berapa banyak dari kita yang suka seenak udelnya memakai ayat Alkitab
dan mencocok-cocokkannya dengan situasi kita?
Contoh: lagi
naksir cowok atau cewek, dan mendadak ayat favoritnya Mazmur 37:4 alias “Dan
bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang
diinginkan hatimu.”
*yakale*
Hati-hati,
Tuhan bisa jadi akan menegur kita seperti Ia menegur Iblis yang berusaha
mencobai-Nya dalam Matius 4:7!
Jesus answered him, “It is also written: ‘Do not put the Lord your God to the test.’ ”
Kalau di gue ya, ini ibaratnya ada orang ngutip buku gue seenaknya buat adu argumen sama gue. Udah gitu, ngutipnya salah, pula! Tengsin berat lah lo! Hehehe.
Anyway, perlu
diingat bahwa Alkitab itu…
Memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)
Mengajar. Membuat kita yang awalnya tidak tahu, menjadi tahu. Dari apa yang tadinya kita lakukan salah, sekarang jadi bisa kita lakukan dengan benar.
They say, the
Bible is the Basic Instructions Before Leaving the Earth.
Untuk tahu
cara pakai suatu barang (misal: Microwave), kita tahus baca dulu manual
book-nya. Nah, Bible is our life’s manual book! You gotta read it to find out
how to live your life according to your purpose!
Well, you can
live without Christ, can’t you? Yes, but you won’t be alive.
Menyatakan kesalahan. Jangan
pernah pakai Alkitab hanya untuk mendukung argumen kita. Nope. Alkitab tidak
diberikan oleh Tuhan untuk membenarkanmu, tapi untuk menyatakan kesalahanmu. To
bring out what was in the darkness, into the light.
Memperbaiki kelakuan. Kita sering
lihat orangtua yang bolak-balik berteriak “Jangan!” pada anaknya yang masih
kecil. “Jangan buka pintunya!”, “Jangan loncat-loncat di kursi!”, dan sejuta “jangan”
lainnya. Apa gunanya dilarang atau dibilang salah dalam melakukan sesuatu, if
we are not being told how to do it the right way?
Alkitab bukan
hanya menyatakan kesalahan kita, lalu membiarkan kita clueless, mikir
iya-ya-gue-salah, tanpa ditunjukkan bagaimana cara memperbaikinya. Alkita juga
menunjukkan padamu bagaimana cara memperbaiki kelakuanmu. See this part:
Do not conform to the pattern of this world, but be transformed by the renewing of your mind. (Romans 12:2 NIV)
Bagian biru dalam ayat ini adalah bagian “menyatakan kesalahan”, sementara bagian ungu adalah bagian yang “memperbaiki kelakuan” kita.
Mendidik orang dalam kebenaran. Mendidik
nggak selamanya benar. Ada juga cara mendidik yang seolah-olah benar, tapi
sebenarnya salah: mendidik dalam kenyamanan. Dude, great things never came from
comfort zones.
Dalam bahasa
Indonesia, kata “didikan” itu berkonotasi kurang enak. Kesannya “keras”, kayak
bakal dipukul pakai penggaris aja setiap kali berbuat salah. But, no. Alkitab
nggak menghukum kita dengan mendidik kita. Justru didikan Tuhan melalui Alkitab
itu yang membuat kita bertumbuh. Alkitab nggak mendidik kita dengan mengatakan
hal-hal yang manis, tapi ia mendidik kita dalam kebenaran. It might be painful
at the beginning, but it will be worth it in the end.
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. (Amsal 1:7)
So guys, instead of asking, “What can I find?” everytime you open your Bible, try to ask, “God, what you want me to learn?”. Didn’t God say:
“Call to me and I will answer you and tell you great and unsearchable things you do not know.”
God bless!
Comments