Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2013

Prologue and Epilogue

Hari ini dapat official news bahwa salah satu tempat menulis favorit saya, Epilogue (kafe yang berada di dalam toko buku Prologue di ION Orchard), bakal tutup per 25 Agustus nanti. Sebenarnya bukan berita baru sih, karena saya sudah dapat gosipnya sejak sekitar tiga minggu lalu, cuma waktu itu masih belum fix aja gitu. But now, it’s official. :( Oke, mungkin cerita dari awal kali ya… saya pertama kali tahu Epilogue – sebelumnya sudah pernah ke Prologue, tapi nggak pernah tahu bahwa di dalamnya ada kafe sekece Epilogue – dari teman saya, Vincent. We were with our friends at Orchard during one Sunday afternoon, looking for a cozy place to sit and have a chit-chat, but too bad almost all cafes were full house. Terus Vincent bilang dia tahu ada satu kafe di dalam toko buku Prologue, yang nggak banyak orang tahu, dan karena itu seringkali sepi.  So, we went there.  Pertama kali masuk Epilogue, saya terkesima. Wangi kopi dari mesin espresso, denting cangkir, sendok, dan...

Breakfast with God

Ini nama salah satu sesi di CIA Camp 2013 – Restoration kemarin, and I was in charge for this session.    Memimpin sesi yang diadakan di Minggu pagi itu sebenarnya “errrr” banget! Apalagi, sesudah superb praise and worship nite malam harinya (ada dance floor segala!), yang dilanjut dengan jamming dan ngakak sampai tengah malam, pagi itu saya bangun dengan tenggorokan sakit – akibat kebanyakan nyanyi dan ketawa – plus mata berkantong karena kurang tidur. But, the session goes on, and this is what I shared.    What daily devotion book do you use everyday? Me myself, have been using Our Daily Bread these two years. Here’s the thing I think is interesting: Why did they name the book “Our Daily Bread”? Why not “Our Daily Macaroons”, “Our Daily Cupcakes”, or “Our Daily Crème Brulee”? Some of my cellgroup peeps answered, “Soalnya zaman dulu belum ada kue-kue itu, Ci”, and the others said, “Sakit perut makan kue-kue gitu tiap hari”. LOL!   But, the true ...

Wake Up Call

Beberapa hari yang lalu, saya baru tidur jam 5 pagi karena apply-apply kerja via Internet. Sebagai orang yang baru tidur jam segitu, saya berharap bisa bangun (at least) jam 12 siang, yang mana sebenarnya sah-sah saja karena saya toh nggak ada kerjaan, hehe. Tapi rencana saya beauty sleep, eh… tidur dengan pantas dan layak, berantakan karena jam 10 kurang, teman saya telepon. Rrrgghh… mengintip nama di layar HP dengan mata yang baru bisa membuka segaris, saya menjawab teleponnya sambil ngomel dalam hati. Tentu saja, dengan phone manner yang pantas: suara bantal. “Nyam, hoahm, ckkdkcdkcdk… Halo?” “Baru bangun ya kamu?” “Hei, aku baru tidur jam lima pagi tadi, tau?” Dan teman saya bukannya memaklumi terus bilang oo-gitu-ya-udah-ntar-deh-ngobrol-lagi, eeh malah merepet soal camp (we’re gonna have a youth camp this weekend) dan ngoceh-ngoceh nyuruh saya cari kerja. I was like… ngomong deh, ngomong aja, aku nggak yakin saat benar-benar bangun nanti aku akan ingat kamu ngomo...